TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Keamanan PBB akhirnya meloloskan resolusi untuk meningkatkan bantuan kemanusiaan ke Gaza pada Jumat 22 Desember 2023 siang atau Sabtu 23 Desember 2023 dini hari WIB. Setelah sempat tertunda empat kali sejak Senin pekan ini, Amerika Serikat tidak memveto resolusi tanpa seruan gencatan senjata tersebut.
AS, yang merupakan sekutu utama Israel dan telah mengancam akan memveto usulan Dewan Keamanan selama berhari-hari, memilih abstain setelah pernyataan mengenai permusuhan dan pemantauan bantuan ke Gaza diubah, sebuah langkah yang memungkinkan pemungutan suara tetap berjalan.
Washington mendukung hak Israel untuk mempertahankan diri, meski semakin kritis atas penderitaan 2,3 juta penduduk Gaza di tengah melonjaknya jumlah korban jiwa dan krisis kemanusiaan di wilayah tersebut.
Pada Jumat, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan 20.057 warga Palestina, mayoritas anak-anak dan perempuan telah tewas, dan 53.320 lainnya terluka dalam serangan Israel sejak konflik dimulai pada 7 Oktober.
Resolusi Dewan Keamanan yang diadopsi “menyerukan langkah-langkah mendesak untuk segera memungkinkan akses kemanusiaan yang aman, tanpa hambatan, dan memperluas akses kemanusiaan serta menciptakan kondisi untuk penghentian permusuhan yang berkelanjutan”.
Draf awal menyerukan “penghentian permusuhan yang mendesak dan berkelanjutan” untuk memungkinkan akses bantuan.
AS dan Israel menentang gencatan senjata karena mengklaim hanya akan menguntungkan Hamas. Washington hanya mendukung jeda dalam pertempuran untuk melindungi warga sipil Palestina dan membebaskan sandera yang ditawan oleh Hamas.
Resolusi tersebut juga tidak lagi melemahkan kendali Israel atas seluruh pengiriman bantuan ke Gaza. Israel memantau pengiriman bantuan terbatas melalui penyeberangan Rafah dari Mesir dan penyeberangan Kerem Shalom yang dikuasai Israel.
Pemerintahan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu telah berjanji untuk memberantas Hamas, kelompok pejuang Palestina yang menguasai Gaza, setelah para pejuang kelompok tersebut melancarkan serangan lintas batas ke Israel selatan pada 7 Oktober, menewaskan 1.140 orang dan menyandera 240 orang, menurut penghitungan Israel.
Setelah pemungutan suara Jumat, duta besar Israel untuk PBB mengatakan Dewan Keamanan seharusnya lebih fokus pada para sandera. “Fokus PBB hanya pada mekanisme bantuan ke Gaza tidak diperlukan dan tidak sesuai dengan kenyataan – Israel sudah mengizinkan pengiriman bantuan dalam skala yang diperlukan,” kata Gilad Erdan.
Menteri Luar Negeri Israel Eli Cohen mengatakan negaranya akan “melanjutkan perang sampai semua sandera dibebaskan dan Hamas di Jalur Gaza dihancurkan”.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas mengatakan pihaknya memandang resolusi PBB mengenai bantuan kemanusiaan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan Gaza.
Israel telah menghadapi kritik global yang meningkat atas penderitaan warga Gaza saat mereka melancarkan perang. Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa-Bangsa Antonio Guterres mengatakan pada Jumat bahwa cara Israel melakukan operasi militernya “menciptakan hambatan besar terhadap distribusi bantuan kemanusiaan” di wilayah kantong tersebut.
Sebelumnya, Israel mengatakan 5.405 truk bantuan – yang membawa makanan, air dan pasokan medis – telah memasuki Gaza sejak dimulainya perang.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan hanya sebagian kecil dari kebutuhan yang masuk. Sebuah laporan dari badan yang didukung PBB mengatakan pada Kamis bahwa risiko kelaparan meningkat setiap hari.