TEMPO.CO, Jakarta - Truk-truk bantuan kemanusiaan memasuki Gaza lewat penyeberangan Kerem Shalom antara Israel dan Gaza ketika penyeberangan itu dibuka pada Ahad, 17 Desember 2023, pertama kali sejak pecahnya perang Oktober 2023. Langkah ini dimaksudkan untuk melipatgandakan jumlah makanan dan obat-obatan yang mencapai warga wilayah kantong tersebut.
Penyeberangan itu merupakan jalur utama masuknya barang-barang komersial ke Gaza hingga 7 Oktober lalu, saat kelompok militan Hamas menyerbu Israel dan menewaskan sekitar 1.200 orang. Pembombardiran Israel di Gaza setelahnya telah menewaskan sedikitnya 18.787 warga Palestina di Gaza, menurut kementerian kesehatan Gaza.
Setelah Kerem Shalom ditutup menyusul pecahnya perang, bantuan kemanusiaan dalam jumlah terbatas hanya diperbolehkan melewati penyeberangan Rafah dengan Mesir, yang sebagian besar berfungsi sebagai penyeberangan pejalan kaki. Menurut Israel, Rafah hanya dapat menampung masuknya 100 truk per hari dan transit melalui jalur ini lebih lambat dibandingkan Kerem Shalom.
Israel menyetujui masuknya bantuan pekan lalu dengan truk milik Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). “Mulai hari ini, truk bantuan PBB akan menjalani pemeriksaan keamanan dan dikirim langsung ke Gaza melalui Kerem Shalom, untuk mematuhi perjanjian kami dengan Amerika Serikat,” kata COGAT, cabang militer Israel yang mengoordinasikan bantuan kemanusiaan dengan wilayah Palestina, dalam sebuah pertanyaan pada Ahad.
Truk-truk bantuan segera memasuki Gaza setelah Kerem Shalom dibuka, seperti dikatakan seorang pejabat Israel yang menjawab “ya” ketika ditanya apakah bantuan telah masuk ke wilayah itu.
Seorang pejabat perbatasan Palestina mengonfirmasi Kerem Shalom dibuka kembali pada Ahad pagi atas koordinasi dengan badan pengungsi Palestina PBB atau UNRWA dan Israel. Sebagian dari bantuan tersebut telah tiba di Gaza pada Ahad malam, sementara sisanya akan selesai pada Senin, kata pejabat itu. Seorang sumber di Bulan Sabit Merah Mesir mengatakan kepada kantor berita Reuters bahwa ada 79 truk melintasi penyeberangan tersebut.
Kantor Perdana Menteri Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan pembukaan itu akan memungkinkan Israel mempertahankan komitmennya untuk mengizinkan masuk 200 truk bantuan per hari, yang disetujui dalam kesepakatan penyanderaan yang dilaksanakan bulan lalu.
Israel sebelumnya telah setuju untuk mengizinkan truk bantuan diperiksa di Kerem Shalom tetapi mereka terlebih dahulu diwajibkan kembali ke Rafah untuk menyeberang ke Gaza dari Mesir. Kelompok-kelompok bantuan telah menyerukan agar mereka diizinkan masuk secara langsung.
Meski telah dibuka, Israel mengklaim lembaga-lembaga kemanusiaan belum meningkatkan kapasitas mereka untuk mendistribusikan bantuan guna memenuhi permintaan warga Gaza yang melarikan diri ke selatan wilayah kantong tersebut atas saran Israel.
“Jika PBB tidak mempunyai kapasitas untuk mengumpulkan dan mendistribusikan, tidak masalah berapa banyak penyeberangan yang akan kami buka,” kata departemen sipil di COGAT, Kolonel Elad Goren kepada Reuters. “Mereka tidak bisa mengandalkan mekanisme yang sama seperti sebelum perang.” Goren mengatakan, “Kami menyesuaikan diri. Sayangnya PBB tidak melakukannya.”
Direktur komunikasi UNRWA, Juliette Touma, membalas pernyataan tersebut pada hari Ahad, dengan mengatakan di X, “Anda tidak dapat mengirimkan bantuan di bawah langit yang penuh dengan serangan udara.”
Sebelumnya PBB telah menyambut baik pembukaan Kerem Shalom. “Implementasi yang cepat dari perjanjian (pembukaan) ini akan meningkatkan aliran bantuan”, kata juru bicara PBB Stéphane Dujarric pekan lalu, seraya menambahkan, “Gencatan senjata kemanusiaan akan lebih meningkatkan distribusi bantuan di Gaza.”
REUTERS
Pilihan Editor: WHO: Rumah Sakit Al Shifa Menyerupai Tempat 'Pembantaian'