TEMPO.CO, Jakarta - Pejabat tinggi kemanusiaan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di wilayah Palestina, Lynn Hastings, mengatakan gencatan senjata di Gaza adalah “satu-satunya jalan ke depan” dan “demi kepentingan semua orang”. Perang di sana akan mengancam perdamaian dan keamanan bagi warga Palestina dan Israel selama bertahun-tahun atau bahkan beberapa dekade mendatang, katanya pada Rabu, 13 Desember 2023.
“Kita benar-benar membutuhkan gencatan senjata. Ini adalah satu-satunya jalan ke depan. Saat ini apa yang terjadi di lapangan tidak akan membawa perdamaian dan keamanan, baik bagi warga Palestina maupun Israel, selama bertahun-tahun yang akan datang,” ujarnya dalam sebuah pernyataan.
Hastings menekankan bahwa meningkatnya permusuhan telah mendorong hampir separuh penduduk Jalur Gaza — satu juta dari sekitar dua juta orang — mengungsi ke wilayah selatan, tepatnya ke Rafah yaitu perbatasan dengan Mesir. Hal ini lantas memperburuk krisis kesehatan dan kelaparan di wilayah kantong tersebut.
Puluhan ribu pengungsi yang tiba di Rafah sejak 3 Desember terus menghadapi kondisi yang sangat padat baik di dalam maupun di luar tempat penampungan. Mereka kekurangan makanan, air, tempat tinggal, kesehatan, dan perlindungan, menurut laporan Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan PBB (UN OCHA) pada 12 Desember 2023.
Tanpa adanya toilet yang memadai, kebiasaan buang air besar di tempat terbuka semakin marak, sehingga meningkatkan kekhawatiran akan penyebaran penyakit lebih lanjut, terutama saat hujan dan banjir.
“Alasan mengapa Gaza tidak aman bukan hanya karena serangan udara tetapi juga karena kondisi yang diciptakan oleh perpindahan penduduk secara besar-besaran ke wilayah yang semakin kecil,” kata Hastings, menambahkan bahwa hal itu juga membahayakan operasi kemanusiaan di wilayah tersebut.
Koordinator Residen dan Kemanusiaan PBB di Palestina itu menegaskan gencatan senjata juga dapat menciptakan situasi kondusif bagi pembebasan sandera Israel yang ditahan Hamas sejak serangan lintas batas 7 Oktober lalu.
Dia mencatat bahwa sistem layanan kesehatan di Gaza telah runtuh, dan ada ancaman epidemi serta bencana kesehatan masyarakat karena tempat-tempat penampungan sudah lama melebihi kapasitasnya.
Akses bagi mitra kemanusiaan Komite Palang Merah Internasional (ICRC) pun harus diberikan kepada staf medis yang ditahan oleh pasukan Israel, kata Hastings. Salah satunya direktur Rumah Sakit Al-Shifa, rumah sakit terbesar di Gaza yang menjadi sasaran serangan Israel bulan lalu.
Melansir dari situs PBB, pernyataan Hastings ini disampaikan dari lokasinya di Yerusalem kepada wartawan di Jenewa, Swiss, menyusul hasil pemungutan suara pada Selasa di Majelis Umum PBB. Majelis mengesahkan resolusi yang menyerukan gencatan senjata kemanusiaan segera, pembebasan semua sandera dengan segera dan tanpa syarat, serta akses bantuan kemanusiaan.
Pilihan Editor: Ibu Australia Ini Dipenjara 20 Tahun Dituduh Bunuh 4 Anaknya sampai Bukti Ilmiah Membatalkannya