TEMPO.CO, Jakarta - Gelombang kedatangan pengungsi Rohingya masih terus terjadi di pesisir pantai Aceh. Melihat sejumlah penolakan dari warga setempat terhadap gelombang pengungsi ini, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan, Muhadjir Effendy mengatakan pemerintah akan menampung sementara pengungsi Rohingya atas dasar kemanusiaan.
“Jadi kita sebetulnya dalam menerima kehadiran mereka itu pertimbangan kemanusiaan saja,” ujar Muhadjir di Jakarta seperti dikutip dari Antara, Senin, 11 Desember 2023.
Muhadjir berharap, kebaikan yang dilakukan pemerintah Indonesia tidak disalahgunakan oleh pihak-pihak tertentu. Jika pelanggaran itu terjadi, maka pemerintah akan bertindak keras untuk menolaknya.
Selain itu, Muhadjir juga mengatakan bahwa Indonesia tidak memiliki ikatan dengan United Nations High Commissioner for Refugees (UNHCR). Sehingga, para pengungsi tersebut akan dikembalikan ke lembaga yang bersangkutan untuk penanganan.
Lantas, apa sebenarnya alasan Rohingya pilih mengungsi ke Indonesia?
Alasan Rohingya Pilih Mengungsi ke Indonesia
Melansir dari situs UNHCR, selama beberapa dekade terakhir, warga Rohingya menderita penderitaan ekstrem di Myanmar. Mereka tidak diberi akses terhadap kewarganegaraan dan pencatatan, tidak diperbolehkan mengakses layanan kesehatan, pendidikan, dan kesempatan kerja, dibatasi dalam kamp dan desa, serta menjadi sasaran kekerasan ekstrem.
Hal tersebut membuat sekitar satu juta orang warga Rohingya secara bertahap melarikan diri ke kamp-kamp di negara tetangga, Bangladesh. Namun, kondisi keamanan di kamp Bangladesh yang penuh sesak semakin memburuk selama beberapa waktu terakhir. Hal inilah yang mendorong mereka untuk melakukan pengungsian dalam mencari keselamatan dan stabilitas.
Karena tidak memiliki kewarganegaraan, tidak ada jalur legal yang memungkinkan pengungsi Rohingya untuk berpindah-pindah wilayah dan negara dengan mudah. Akibatnya, mereka memilih menggunakan perjalanan laut dengan perahu yang ditawarkan oleh para pelaku penyelundupan manusia.
Demi mencari keselamatan, para pengungsi Rohingnya tersebut terus mencari tempat aman untuk berlindung. Mereka melarikan diri karena keputusasaan yang disebabkan oleh meningkatnya pembunuhan, penculikan, dan situasi berbahaya di tempat mereka tinggal sebelumnya.
Melansir dari Deutsche Welle (DW) Indonesia, peneliti Rohingnya yang berbasis di Cox’s Bazar Rezaur Rahman Lenin mengatakan bahwa tidak adanya mata pencaharian yang layak menjadi penyebab utama para penyintas genosida ini melarikan diri dari kamp-kamp pengungsian. Mereka akhirnya melakukan perjalanan berbahaya ke negara-negara muslim, seperti Malaysia dan Indonesia.
Menurut Lenin, ada komunitas warga Rohingya yang cukup besar di Indonesia dan Malaysia. Selain itu, para pengungsi juga percaya bahwa mereka bisa mendapatkan penghasilan dan pekerjaan di negara tersebut.
“Selain itu, kekerasan geng, kebrutalan aparat penegak hukum, tindakan kriminal seperti pemerasan, penculikan, serangan fisik, dan kurangnya kesejahteraan psikologis juga jadi penyebabnya,” kata Lenin, dikutip pada Selasa, 12 Desember 2023.
Aktivis Rohingya yang berbasis di Jerman, Nay San Lwin mengungkapkan bahwa para penjahat yang berhasil masuk ke kamp-kamp pengungsian mengambil keuntungan dari pengungsi. Mereka membujuk para pengungsi untuk melakukan perjalanan laut dengan diiming-imingi kehidupan yang lebih baik di tempat baru.
“Dihadapkan dengan situasi tanpa harapan, para pengungsi cenderung mempercayai apa pun yang dikatakan oleh para penyelundup manusia dan mempersiapkan diri untuk perjalanan yang penuh risiko,” ucap Lwin.