TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Rusia Vladimir Putin akan melakukan kunjungan kerja ke Uni Emirat Arab dan Arab Saudi pada Rabu, kata juru bicara Kremlin, dan mengadakan pembicaraan di Rusia keesokan harinya dengan presiden Iran.
Juru bicara Dmitry Peskov, ketika ditanya apakah Putin akan membahas kemungkinan tindakan terkoordinasi terhadap pasar minyak global selama kunjungannya ke Teluk, mengatakan pembicaraan semacam itu diadakan di dalam kelompok OPEC+ tetapi isu tersebut selalu menjadi agenda.
Kunjungan ini dilakukan setelah OPEC+ pada Kamis lalu menyetujui pengurangan pasokan secara sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari, sebuah langkah yang ditanggapi dengan skeptis oleh pasar minyak.
Rencana Putin untuk melakukan perjalanan ke Arab Saudi, eksportir minyak terbesar di dunia, dan Uni Emirat Arab pertama kali diungkapkan pada Senin, 4 Desember 2023, oleh outlet berita online SHOT.
SHOT mengutip ajudan kebijakan luar negeri Kremlin, Yury Ushakov, yang mengatakan bahwa Putin pertama-tama akan pergi ke UEA dan kemudian ke Arab Saudi, di mana negosiasi akan dilakukan terutama dengan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Putin dan pangeran, yang dikenal sebagai MbS, telah mengembangkan hubungan dekat. Mereka berperan penting dalam mencapai kesepakatan untuk membentuk kelompok produsen minyak terkemuka, yang sekarang dikenal sebagai OPEC+, pada akhir 2016, guna menopang pasar energi, yang merupakan kunci bagi pendapatan anggaran kedua negara.
Di UEA, Dubai telah menjadi pusat perdagangan penting bagi perusahaan minyak Rusia, termasuk produsen minyak nomor dua, Lukoil, yang memindahkan sebagian operasinya ke kota tersebut karena sanksi Eropa terhadap Moskow yang mendorong para pedagang ke wilayah netral.
Putin jarang bepergian ke luar negeri dalam beberapa tahun terakhir, dan kebanyakan ke negara-negara bekas Uni Soviet. Perjalanan terakhirnya ke luar negara-negara tersebut adalah ke Cina pada Oktober.
OPEC+, pada Kamis menyetujui pengurangan pasokan sukarela dengan total sekitar 2,2 juta barel per hari (bph) untuk kuartal pertama 2024, dipimpin oleh Arab Saudi yang melanjutkan pengurangan sukarela saat ini. Angka 2,2 juta barel per hari termasuk perpanjangan pemotongan sukarela Saudi dan Rusia sebesar 1,3 juta barel per hari.
Reaksi pasar minyak terhadap pengaturan baru ini tidak begitu baik karena adanya skeptisisme mengenai apakah pemotongan sukarela akan dilaksanakan sepenuhnya.
Harga minyak turun 2% minggu lalu setelah pengumuman tersebut, dan turun lebih jauh pada hari Senin, namun minyak mentah berjangka Brent naik hampir 1% pada Selasa.
REUTERS
Pilihan Editor: Erdogan Yakin Benjamin Netanyahu Nanti Akan Didakwa Kejahatan Perang