TEMPO.CO, Jakarta -Kelompok pejuang Palestina Hamas pada Senin, 4 Desember 2023 membantah tuduhan Israel bahwa para pejuang di kelompok tersebut melakukan kekerasan seksual dan perkosaan terhadap warga Israel pada serangan lintas batas 7 Oktober 2023.
Dalam sebuah pernyataan, Hamas menyebut tuduhan Israel sebagai “upaya putus asa” untuk memutarbalikkan perlakuan manusiawi kelompok tersebut terhadap sandera Israel.
“Kami menolak kebohongan Israel mengenai pemerkosaan, yang bertujuan untuk memutarbalikkan perlawanan dan menodai perlakuan manusiawi dan moral terhadap para sandera,” kata pernyataan tersebut.
Sebelumnya, sebuah komisi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) yang menyelidiki kejahatan perang di kedua sisi konflik Israel-Hamas memberi fokus pada dugaan kekerasan seksual yang dilakukan Hamas dalam serangan 7 Oktober di Israel.
Komisi akan mengajukan permohonan untuk mencari bukti, kata Navi Pillay selaku ketua komisi tersebut kepada Reuters, Rabu, 29 November 2023.
Namun, Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan menolak bekerja sama dengan komisi tersebut. Ia berdalih komisi itu menunjukkan bias anti-Israel.
Ratusan orang berkumpul di markas PBB di New York pada Senin untuk menghadiri sesi khusus Misi Tetap Israel untuk PBB, yang agendanya menyangkut tudingan Israel terhadap Hamas.
“Hamas menggunakan perkosaan dan kekerasan seksual sebagai senjata perang,” ujar Duta Besar Israel untuk PBB Gilad Erdan di awal sesi, seperti dilaporkan The Times of Israel.
Hamas telah membebaskan 110 sandera yang ditahan oleh kelompok tersebut selama serangan lintas batas, termasuk 86 warga Israel dan 24 warga asing, sebagian besar adalah warga Thailand.
Mereka dibebaskan selama gencatan senjata sementara berdurasi tujuh hari dengan Israel yang berakhir pada Jumat, 1 Desember lalu.
Pada serangan 7 Oktober, Hamas membunuh sekitar 1.200 orang di Israel dan menculik kurang lebih 240 lainnya sebagai sandera, menurut penghitungan Israel.
Sementara, serangan Israel di Gaza setelahnya telah menewaskan sedikitnya 15.899 orang di wilayah kantong tersebut, menurut Kementerian Kesehatan Gaza.
Berdasarkan perkiraan badan PBB untuk pengungsi di Palestina atau UNRWA, sekitar 70 persen dari jumlah tersebut adalah perempuan dan anak-anak.
Kelompok Palestina tersebut beberapa kali merilis rekaman yang menunjukkan sandera tersenyum, melambaikan tangan, dan memberi hormat kepada pejuang Hamas saat mereka dibebaskan dari penawanan.
Hamas menyerukan semua media “untuk tetap waspada agar tidak terjebak dalam kebohongan Israel dan propaganda tendensiusnya, dan untuk memverifikasi setiap informasi, untuk melindungi kebenaran dan menjaga kesucian pesan media.”
Pilihan Editor: Israel dan AS Tuding Hamas Lakukan Perkosaan pada 7 Oktober, Tapi Tolak Diselidiki PBB
ANADOLU | THE TIMES OF ISRAEL