TEMPO.CO, Jakarta - Tersangka penyerangan dan pembunuhan turis asing di dekat menara Eiffel Paris, Sabtu malam, 2 Desember 2023, merupakan warga Prancis anggota ISIS dan marah atas situasi di Gaza akibat serangan Israel yang menewaskan banyak warga Muslim.
Pria berusia 26 tahun itu, bersenjatakan pisau dan palu membunuh seorang turis Jerman dan menyebabkan dua orang, termasuk seorang pria Inggris, terluka di dekat Menara Eiffel. Serangan itu disebut oleh Presiden Emmanuel Macron sebagai "serangan teroris".
Warga negara Perancis yang ditangkap setelah serangan itu, telah berjanji setia kepada ISIS dalam sebuah video yang direkam sebelumnya, kata Jaksa anti-terorisme Jean-Francois Ricard pada hari Minggu.
Tersangka mengatakan kepada polisi bahwa dia marah atas situasi di Gaza dan fakta bahwa “begitu banyak umat Islam yang meninggal di Afghanistan dan Palestina,” kata Menteri Dalam Negeri Gerald Darmanin.
Turis Jerman itu menderita luka fatal ketika dia diserang di Quai de Grenelle, beberapa meter dari Menara Eiffel, kata pihak berwenang.
Penyerang dikejar oleh polisi dan menyerang dua orang lainnya, termasuk pria Inggris tersebut, dengan palu, kata para pejabat.
Pejabat keamanan Eropa telah memperingatkan peningkatan risiko serangan oleh militan Islam di tengah perang Israel-Hamas, dengan ancaman terbesar kemungkinan besar berasal dari penyerang “lone wolf” yang sulit dilacak.
Investigasi sedang dilakukan terhadap pembunuhan dan percobaan pembunuhan sehubungan dengan organisasi teroris, kata jaksa Ricard pada konferensi pers. Tiga orang lainnya dari keluarga atau rombongan tersangka telah ditahan polisi, katanya.
Tersangka pada 2016 dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena merencanakan serangan lain, dan telah masuk dalam daftar pengawasan dinas keamanan Prancis, kata Darmanin. Ia juga diketahui mengidap gangguan kejiwaan.
Kanselir Jerman Olaf Scholz mengatakan dalam unggahan di media sosial X bahwa dia "terkejut" dengan serangan itu. Kementerian Luar Negeri Inggris mengatakan pihaknya bekerja sama dengan pihak berwenang Prancis untuk mendukung pria Inggris tersebut.
Prancis telah berada dalam kewaspadaan tinggi sejak menaikkan ambang batas keamanannya pada bulan Oktober, ketika seorang pria asal Chechnya dengan pisau membunuh seorang guru di sebuah sekolah di Prancis
Serangan di pusat kota Paris terjadi kurang dari delapan bulan sebelum ibu kota Prancis menjadi tuan rumah Olimpiade dan dapat menimbulkan pertanyaan tentang keamanan di acara olahraga global tersebut.
Pemerintah kota berencana mengadakan upacara pembukaan di sungai Seine yang berpotensi menarik sebanyak 600.000 penonton.
Kepala polisi Paris Laurent Nunez mengatakan kepada BFM TV pada hari Minggu bahwa ancaman terorisme bersifat “permanen” dan upacara pembukaan telah dipersiapkan dengan langkah-langkah keamanan dengan mempertimbangkan ancaman terorisme “tingkat tinggi”.
"Saya menyampaikan seluruh belasungkawa saya kepada keluarga dan orang-orang terkasih dari warga negara Jerman yang meninggal...dalam serangan teroris di Paris dan berpikir dengan penuh emosi terhadap orang-orang yang saat ini terluka dan dalam perawatan," kata Presiden Macron di platform jejaring sosial X.
Perdana Menteri Elisabeth Borne menulis di X, "Kami tidak akan menyerah pada terorisme."
REUTERS
Pilihan Editor Serangan Israel Makin Intensif, Lebih dari 700 Orang Tewas dalam 24 Jam