TEMPO.CO, Jakarta - Dua pria bersenjata yang dituduh anggota Hamas menembaki halte bus di pinggiran Yerusalem. Akibatnya tiga orang tewas dan beberapa lainnya luka-luka, menurut polisi Israel. Dua penyerang juga tewas ditembak.
Polisi mengatakan 16 orang terluka dalam penembakan Kamis pagi itu, 30 November 2023. Layanan darurat mengevakuasi delapan korban yang terluka parah ke rumah sakit terdekat, menurut layanan ambulans Israel.
Polisi di Yerusalem Barat mengatakan kedua pria bersenjata itu tiba di lokasi kejadian dengan kendaraan dan membawa senjata api termasuk M16 dan pistol. Mereka dan melepaskan tembakan ke arah kerumunan warga sipil di terminal bus.
"Para penyerang kemudian diamankan oleh pasukan keamanan dan warga sipil di dekatnya," kata polisi. Amunisi dan senjata ditemukan di dalam mobil kedua pria tersebut.
Media Israel melaporkan bahwa kedua penyerang adalah saudara kandung yang berasal dari Yerusalem Timur yaitu Murad Nimr, 38, dan Ibrahim Nimr, 30.
Beberapa jam setelah serangan itu, Hamas mengklaim kedua kakak adik itu sebagai anggotanya. “Operasi tersebut terjadi sebagai respons alami terhadap kejahatan yang belum pernah terjadi sebelumnya yang dilakukan oleh pendudukan," ujar Hamas. Kelompok militan Palestina ini mengacu pada kampanye militer Israel di Gaza dan perlakuan terhadap tahanan Palestina di penjara Israel.
Rekaman kamera keamanan yang disiarkan oleh televisi Channel 12 Israel pada hari Kamis menunjukkan momen serangan tersebut. Sebuah mobil berwarna putih terlihat berhenti di samping halte yang ramai. Dua pria kemudian keluar dengan senjata terhunus. Mereka berlari ke arah kerumunan saat orang-orang berhamburan. Tak lama kemudian para penyerang ditembak mati.
Layanan darurat Magen David Adom mengatakan salah satu korbannya adalah warga negara Israel, seorang wanita berusia 24 tahun. Seorang pria berusia 73 tahun yang berada dalam kondisi kritis dinyatakan meninggal di Shaare Zedek Medical Center. Orang ketiga juga meninggal karena luka-lukanya, menurut laporan media Israel.
Layanan ambulans awalnya mengatakan bahwa lima orang yang terluka mengalami luka serius dan dua lainnya mengalami luka sedang hingga ringan.
Insiden itu terjadi tepat ketika Israel dan Hamas sepakat untuk memperpanjang gencatan senjata hingga hari ketujuh, tak lama sebelum perjanjian tersebut berakhir.
Setelah serangan tersebut, kantor berita Palestina Wafa melaporkan bahwa tentara Israel menggerebek lingkungan Sur Baher di Yerusalem Timur tempat tinggal para penyerang. Tentara mendobrak masuk ke rumah mereka dan menahan beberapa anggota keluarga untuk diinterogasi.
Pada hari Kamis, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengatakan pemerintahnya akan terus mendistribusikan senjata kepada warga sipil Israel. “Pemerintahan yang saya pimpin akan terus memperluas distribusi senjata kepada warganya. Ini adalah langkah yang membuktikan dirinya berkali-kali dalam perang melawan terorisme yang mematikan,” katanya di X.
Sementara itu, Menteri Energi Israel Katz menuntut agar kartu identitas anggota keluarga penyerang di Yerusalem Timur diambil. Keluarga para penyerang itu juga dicabut hak istimewanya. “Kita harus menyerang pendukung terorisme di mana pun,” katanya di X.
Menteri Keamanan Nasional sayap kanan Itamar Ben-Gvire mengatakan peristiwa ini membuktikan sekali lagi bagaimana Israel tidak boleh menunjukkan kelemahan. "Bahwa kita harus berbicara dengan Hamas hanya melalui senjata, hanya melalui perang,” katanya di lokasi serangan.
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken, yang mengunjungi Tel Aviv, mengatakan penembakan ini merupakan ancaman yang harus dihadapi warga Israel setiap hari. "Hati saya turut berduka cita bagi para korban serangan ini," ujarnya.
AL JAZEERA | REUTERS
Pilihan editor: Otoritas Gaza Minta Bantuan Internasional Cari 6.500 Warga Palestina yang Hilang