TEMPO.CO, Jakarta - Tokoh anti-Islam Geert Wilders ingin menjadi perdana menteri Belanda berikutnya. Dia mengatakan akan membatasi imigrasi ke negara Kincir Angin tersebut.
Wilders adalah penggemar mantan Presiden AS Donald Trump dan Perdana Menteri Hungaria Viktor Orban. Ia secara terbuka menyatakan dirinya anti-Islam dan anti-Uni Eropa. "Belanda akan dikembalikan ke Belanda," ujar Wilders.
“Saya akan sangat senang menjadi perdana menteri Belanda, tentu saja,” kata Wilders kepada anggota partai yang menyambutnya dengan sampanye dan kue usai kemenangan partainya itu.
Wilders menambahkan bahwa dia bersedia untuk bernegosiasi. Ide-ide Wilders yang kontroversial termasuk mengeluarkan Belanda dari Uni Eropa atau melarang Al Qur’an.
“Kami sangat ingin melakukan hal itu, karena hal ini memberi kami banyak tanggung jawab, kemenangan besar dalam pemilu Belanda, dan kami benar-benar ingin mewujudkannya.”
Baca Juga:
Di luar prediksi, Partai Kebebasan (PVV) yang mengusung Wilders memenangkan 37 kursi dari 150 kursi pada hari Rabu, 22 November 2023. Angka ini jauh di atas 25 kursi untuk Partai Buruh dan 24 kursi =Partai Rakyat untuk Kebebasan dan Demokrasi (VVD) yang konservatif yang dipimpin oleh Perdana Menteri Mark Rutte.
Kemenangan Geert Wilders disikapi dengan rasa prihatin oleh dunia Islam. Organisasi Islam dan Maroko, serta kelompok hak asasi manusia lainnya, menyatakan keprihatinan atas kemenangan Wilders.
“Kami mempunyai keprihatinan besar mengenai masa depan Islam dan Muslim di Belanda,” kata Muhsin Koktas, dari CMO organisasi Muslim Belanda.
Dalam berbagai wawancara sebelumnya, Geert Wilders menyatakan ingin menutup masjid dan melarang Al Quran di Belanda. Geert Wilders mengatakan dia menghabiskan sebagian besar masa mudanya dengan bepergian ke Israel, Iran dan Timur Tengah. Dia berpendapat bahwa Al-Quran itu berbahaya dan menghasut kekerasan. Wilders juga menyamakan Islam dengan Nazisme.
REUTERS
Pilihan editor: Tentang Peningkatan Penyakit Pernapasan, Cina: Tidak Ditemukan Patogen Aneh