TEMPO.CO, Jakarta - Serangan Israel ke Palestina masih belum usai. Kini militer Israel menyatakan akan fokus menyerang terowongan Hamas sebagai respons atas serangan 7 Oktober 2023 lalu. Rumah Sakit Al Shifa di Gaza Utara pun tak luput dari serangan karena Israel menuduhnya sebagai markas sekaligus pintu masuk terowongan Hamas.
Selama beberapa hari terakhir, militer Israel dilaporkan menyerang rumah sakit Al Shifa di Gaza utara. Dalam sebuah pernyataan pada Minggu, 19 November 2023, tentara Israel mengklaim menemukan terowongan Hamas sepanjang 55 meter dan sedalam 10 meter di bawah fasilitas medis terbesar di Gaza tersebut.
Akibat serangan ke rumah sakit Al Shifa, lebih dari 7.000 orang, termasuk pasien dalam kondisi kritis dan bayi baru lahir menjadi korban dan terpaksa dikeluarkan dari rumah sakit.
Pengepungan rumah sakit Al Shifa juga telah memicu kemarahan internasional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menggambarkannya sebagai “zona kematian” ketika timnya mengunjungi fasilitas tersebut pada harip Sabtu, 18 November 2023 lalu.
Tercatat hingga kini setidaknya 13.000 warga Palestina telah terbunuh di Gaza sejak Israel melancarkan serangan udara dan darat. Meski mengklaim bakal menyerang terowongan Hamas, namun tentara Israel mengaku kesulitan menyerangnya lantaran ukuran terowongan tidak diketahui.
Berikut fakta-fakta terowongan Hamas.
Sasaran Utama Israel
Terowongan Hamas saat ini menjadi incaran tentara Israel. Militer Israel mengatakan akan menyerang bagian-bagian dari labirin terowongan rahasia yang dibangun di bawah Jalur Gaza oleh Hamas.
Pasca-mengklaim menemukan pintu masuk terowongan Hamas di Rumah Sakit Al Shifa, insinyur militer Israel mengisi lorong tersebut dengan gel yang meledak dan menembakkan detonatornya.
“Gel itu menyebar dan meledakkan apa pun yang telah mereka tunggu di terowongan,” kata seorang perwira militer kepada wartawan pada sebuah pengarahan di Pangkalan Angkatan Darat Zeelim di Israel selatan.
Militer Israel mengatakan bahwa pada pekan lalu telah menghancurkan 130 terowongan. Akan tetapi, mereka menyebut bahwa terowongan lebih sulit untuk diatasi. “Sulit untuk mengatakan berapa banyak terowongan (yang hancur) karena semuanya terhubung,” ujarnya.
Di sisi lain, Hamas membantah menggunakan rumah sakit Al Shifa sebagai pelindung terowongan tersebut. Mereka menepis pernyataan Israel bahwa mereka memiliki pusat komando di bawah rumah sakit terbesar di Gaza, Al Shifa, yang dimasuki pasukan Israel pada hari Rabu pekan lalu.
Tersebar di Seluruh Jalur Gaza
Terowongan Hamas merupakan terowongan yang dibangun kelompok pejuang Hamas di bawah Jalur Gaza. Kelompok Hamas menggunakan terowongan ini untuk membangun sistem operasi serta sistem pertahanan.
Sistem terowongan ini membentang di bawah banyak kota di Gaza, seperti Khan Yunis, kamp pengungsi Jabalia dan kamp pengungsi Shati.
Akses terowongan ini sering disembunyikan di dalam bangunan, seperti rumah pribadi atau masjid. Bahkan disamarkan dalam semak sehingga sulit terdeteksi melalui pengawasan udara atau drone.
Panjang Terowongan Hamas Tidak Diketahui
Sangat sulit untuk menentukan ukuran jejaring terowongan yang dijuluki Israel "Gaza Metro" karena diyakini membentang di bawah wilayah yang panjangnya hanya 41 kilometer dan lebarnya 10 kilometer.
Namun, diperkirakan terowongan Hamas memiliki kedalaman mencapai 80 meter dan panjang ratusan kilometer. Terowongan juga dilengkapi pencahayaan, listrik, dan kadang-kadang jalur untuk mengangkut bahan material.
Terowongan Hamas sering digambarkan menyerupai "sarang laba-laba" karena memiliki beberapa titik akses dan jalur, mulai dari berbagai rumah atau kandang ayam, yang kemudian bergabung menjadi jalur utama sebelum bercabang lagi menjadi beberapa jalur terpisah yang menuju ke bangunan di permukaan di sisi lain.
Terowongan Dibangun Sejak 1990
Hamas diperkirakan mulai menggali terowongan pada pertengahan 1990-an, ketika Israel memberi Organisasi Pembebasan Palestina (PLO) yang dipimpin Yasser Arafat, pemerintahan mandiri di Gaza.
Jaringan terowongan Hamas adalah alasan utama mengapa Hamas lebih kuat di Gaza dibandingkan di Tepi Barat yang diduduki Israel, di mana pangkalan militer dan perangkat pemantauan Israel mempersulit masuknya apa pun dari Yordania.
Proses pembangunan terowongan Hamas semakin pada tahun 2005 ketika Israel menarik tentara dan pemukiman keluar dari Gaza. Tak berselang lama, Hamas memenangkan kekuasaan pada pemilu tahun 2006.
Tak lama kemudian sayap militer Hamas, Brigade Izz el-Deen al-Qassam, merebut Gilad Shalit setelah menggali 600 meter untuk menyerang pangkalan Kerem Shalom di perbatasan Gaza. Setahun kemudian Hamas menggunakan terowongan di Gaza untuk melancarkan serangan militer terhadap pasukan penerus Arafat sebagai pemimpin PLO, Mahmoud Abbas.