TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Luar Negeri Yordania pada Sabtu, 18 November 2023, menyuarakan keraguan bahwa Israel dapat mencapai tujuannya untuk melenyapkan Hamas dengan pengeboman besar-besaran dan invasi ke Jalur Gaza yang telah lama didominasi oleh gerakan Islam Palestina.
“Israel mengatakan mereka ingin memusnahkan Hamas. Ada banyak orang militer di sini, saya hanya tidak mengerti bagaimana tujuan ini dapat diwujudkan,” kata Ayman Safadi pada konferensi keamanan tahunan IISS Manama Dialogue di Bahrain.
Israel berjanji untuk melenyapkan Hamas sejak aksi lintas batas yang mematikan pada 7 Oktober menyerang komunitas-komunitas Israel di dekatnya. Israel telah mengebom sebagian besar Kota Gaza hingga menjadi puing-puing ketika mereka berhasil menaklukkan wilayah utara dan meningkatkan serangan terhadap Hamas di selatan. Mayoritas korban tewas di kedua belah pihak – 1.200 warga Israel dalam serangan Hamas dan lebih dari 12.000 di Gaza – adalah warga sipil.
Kekuatan regional Arab Saudi pada konferensi tersebut menyerukan gencatan senjata Israel-Hamas segera. “Kami melihat warga sipil meninggal setiap hari. Dan kita harus mengakhirinya hari ini, bukan besok,” kata Menteri Luar Negeri Saudi Pangeran Faisal bin Farhan.
Israel telah mengesampingkan gencatan senjata apa pun sebelum 240 sandera yang disandera Hamas pada 7 Oktober dibebaskan. Hamas telah bersumpah untuk melakukan pertempuran panjang dan berkelanjutan melawan Israel.
Brett McGurk, penasihat utama Presiden AS Joe Biden di Timur Tengah, mengatakan pada konferensi Manama bahwa pembebasan sandera yang ditahan oleh Hamas akan menyebabkan lonjakan pengiriman bantuan kemanusiaan dan jeda yang signifikan dalam pertempuran di Gaza.
Mantan kepala intelijen Saudi Pangeran Turki al-Faisal mengatakan kegagalan jangka panjang dalam menyelesaikan konflik Arab-Israel telah memicu krisis saat ini.
“Kita… harus mempertimbangkan bahwa perang juga merupakan indikasi kegagalan politik dan diplomatik komunitas internasional; kita semua telah gagal menyelesaikan masalah ini,” katanya. “Dan tanggung jawab ada pada kita semua untuk menemukan solusinya.”
Serangan Israel di Gaza telah menimbulkan pertanyaan di kalangan kekuatan dunia dan regional serta PBB mengenai siapa yang akan memerintah wilayah kecil dan padat penduduk tersebut jika Hamas kalah di wilayah yang telah mereka kuasai selama 16 tahun.
Hanya Otoritas Palestina (PA), entitas yang didukung Barat dan menjalankan pemerintahan sendiri secara terbatas di Tepi Barat yang diduduki Israel, yang dapat memerintah Gaza setelah perang Israel-Hamas berakhir, kata kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell.
“Hamas tidak bisa lagi mengendalikan Gaza,” kata Borrell pada Dialog Manama, sebuah konferensi tahunan mengenai kebijakan luar negeri dan keamanan. “Jadi siapa yang akan mengendalikan Gaza? Saya pikir hanya satu yang bisa melakukan itu – Otoritas Palestina.”