TEMPO.CO, Jakarta - Gedung Putih mengatakan, Israel setuju untuk menghentikan operasi militer di bagian utara Gaza selama empat jam sehari, namun tidak ada tanda-tanda akan berhentinya pertempuran yang telah menewaskan ribuan orang dan menghancurkan wilayah kantong pantai tersebut.
Jeda tersebut, yang memungkinkan orang untuk mengungsi melalui dua koridor kemanusiaan dan dapat digunakan untuk pembebasan sandera, merupakan langkah awal yang signifikan, kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, Kamis, 9 November 2023.
Namun Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa jeda apa pun akan tercerai-berai, dan tidak ada konfirmasi resmi mengenai rencana jeda yang berulang.
Ketika ditanya apakah akan ada “penghentian” dalam pertempuran, Netanyahu mengatakan di Fox News Channel, “Tidak. Pertempuran terus berlanjut melawan musuh Hamas, teroris Hamas, tetapi di lokasi tertentu untuk jangka waktu tertentu, yaitu beberapa jam di sini atau beberapa jam di sana, kami ingin memfasilitasi perjalanan yang aman bagi warga sipil untuk menjauh dari zona pertempuran dan kami melakukan hal itu."
Di wilayah utara Gaza, tidak ada laporan adanya jeda pertempuran. Pasukan Israel telah mengepung Kota Gaza dan tank-tanknya bergerak maju ke jantung kota saat mereka memburu Hamas. Masing-masing pihak melaporkan menimbulkan banyak korban di pihak lain dalam pertempuran jalanan yang intens.
Para pejabat Israel berbicara secara lebih umum mengenai langkah-langkah yang tampaknya sesuai dengan pengaturan yang sudah ada. Dalam beberapa hari terakhir, Israel mengizinkan warga sipil melewati rute utama Gaza ke selatan dengan aman selama tiga atau empat jam setiap hari. Komentar Gedung Putih menunjukkan bahwa rute kedua akan dibuka.
“Kami melakukan langkah-langkah lokal dan tepat untuk memungkinkan keluarnya warga sipil Palestina dari Kota Gaza ke arah selatan, sehingga kami tidak merugikan mereka. Hal-hal ini tidak mengurangi semangat perang,” kata Menteri Pertahanan Israel Yoav Gallant.
Dalam konferensi pers malam hari, juru bicara militer Israel, Laksamana Muda Daniel Hagari, mengatakan tentara menyerang apa yang ia gambarkan sebagai "kawasan keamanan Hamas" di Gaza utara yang mencakup pusat komando, pabrik pembuatan amunisi dan pos-pos lainnya.
"Kami berperang dan melenyapkan lebih dari 50 teroris. Kami menemukan banyak senjata. Kami juga menemukan banyak materi intelijen yang akan kami ambil dan pelajari. Kami terus membersihkan wilayah ini dan wilayah lainnya," kata Hagari.
Juru bicara PBB Stephane Dujarric mengatakan program apa pun untuk menghentikan pertempuran perlu dikoordinasikan dengan PBB “terutama dalam hal waktu dan lokasi.”
“Dan tentu saja, agar hal ini dapat dilakukan dengan aman demi tujuan kemanusiaan, hal ini harus disepakati dengan semua pihak yang berkonflik agar benar-benar efektif,” katanya.
Israel melancarkan serangannya ke Gaza sebagai tanggapan atas serangan lintas perbatasan Hamas di Israel selatan pada 7 Oktober 2023 yang menewaskan 1.400 orang, sebagian besar warga sipil, dan menyandera sekitar 240 orang, menurut penghitungan Israel. Israel mengatakan telah kehilangan 33 tentara di Gaza.
Pejabat Palestina mengatakan 10.812 warga Gaza telah tewas pada hari Kamis, sekitar 40% di antaranya anak-anak, akibat serangan udara dan artileri. Bencana kemanusiaan telah terjadi ketika persediaan dasar habis dan orang-orang yang terluka membebani sistem medis yang rapuh.
REUTERS
Pilihan Editor Area Rumah Sakit Indonesia di Gaza Dibom Israel, Sejumlah Orang Dilaporkan Tewas