TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengundang mantan Presiden Amerika Serikat Donald Trump untuk datang ke Ukraina. Zelensky sangat ingin memperlihatkan pada Trump kenapa dia tidak bisa menyelesaikan perang Ukraina dalam tempo 24 jam.
“Mantan Presiden Trump pernah mengatakan kalau dia bisa mengatur dan menyelesaikan perang ini dalam 24 jam. Presiden Joe Biden pernah ke sini, saya rasa dia faham beberapa detail yang hanya bisa Anda fahami jika Anda ke sini. Jadi, saya mengundang Presiden Trump,” kata Zelensky dalam wawancara dengan stasiun televisi NBC News, Minggu, 5 November 2023.
Zelensky mengatakan Trump tak perlu berlama-lama di Ukraina, 24 menit saja sudah cukup. Baginya, waktu 24 menit cukup untuk menjelaskan pada mantan Presiden Trump hal-hal yang dia tidak bisa kelola dalam perang Ukraina ini. Zelensky menilai perdamaian sulit terwujud karena kuncinya ada di Presiden Rusia Vladimir Putin.
Trump saat ini dijagokan lagi oleh Partai Republik untuk maju dalam pemilu presiden Amerika Serikat 2024. Sedangkan Presiden Biden sudah berjanji akan mengirimkan bantuan militer ke Ukraina selama dibutuhkan. Bagi Trump, kebijakan yang dicetuskan Biden itu berisiko menyeret Amerika Serikat dalam sebuah perang dunia III dengan Rusia yang punya senjata nuklir.
Jika terpilih dalam pemilu presiden 2024, Trump berjanji dia akan mengunci kesepakatan damai antara Moskow dengan Kyev, di mana kesepakatan damai ini akan dikejarnya dalam tempo 24 jam. Trump tidak menjelaskan lebih detail bagaimana dia akan mewujudkan targetnya ini dengan alasan itu masih rahasia.
“Saya akan mengajak masuk Presiden Putin ke sebuah ruangan. Saya ingin membawa mereka (Putin dan Zelensky) duduk Bersama, lalu saya akan menyorongkan sebuah kesepakatan untuk dikunci,” kata Trump dalam sebuah wawancara dengan NBC pada September 2023.
Menurut sejumlah laporan, Zelensky adalah satu dari sedikit pejabat tinggi di Ukraina, yang sangat yakin kalau Ukraina bisa memenangkan perang Ukraina melawan Rusia.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: NATO Sahkan Rencana Pertahanan Baru, Siagakan 300.000 Tentara