TEMPO.CO, Jakarta - Kondisi Rumah Sakit Indonesia di Jalur Gaza mencekam. Lusinan jenazah tergeletak dalam balutan kain kafan, berbaris di sisi rumah sakit.
Sejak serangan Israel besar-besaran di Gaza tiga pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia itu kesulitan menghadapi masuknya pasien yang terluka parah akibat bom. Petugas medis menyiapkan ruang operasi di koridor karena ruang bedah utama penuh.
Tim medis berjuang karena pasokan obat-obatan berkurang, listrik padam dan serangan udara atau artileri yang mengguncang gedung-gedung rumah sakit. Di tengah kondisi sulit itu, para ahli bedah di Gaza bekerja siang dan malam untuk menyelamatkan pasien yang terus berdatangan.
“Kami memerlukan waktu satu jam karena kami tidak tahu kapan kami akan menerima pasien. Beberapa kali kami harus menyiapkan ruang bedah di koridor dan bahkan terkadang di ruang tunggu rumah sakit,” kata Dr. Mohammed al-Jalankan.
Pemboman menghancurkan Rumah Sakit Indonesia di dekat garis depan militer Israel yang menyerbu wilayah Palestina yang padat penduduknya. Menurut para dokter, persediaan bahan bakar untuk generator akan segera habis.
Tank-tank Israel telah memasuki Gaza, rumah bagi 2,3 juta orang, setelah tiga minggu pemboman intensif di seluruh distrik. Serangan itu sebagai tanggapan atas penyerbuan oleh militan Hamas pada 7 Oktober yang menewaskan 1.400 orang di Israel selatan dan menyandera 240 orang. Sejak perang Israem Hamas meletus, lebih dari 8.500 rakyat sipil Palestina jadi korban tewas, termasuk 3.500 anak-anak.
Di Gaza utara kondisi rumah sakit sangat sulit terutama setelah serangan Israel ke kamp pengungsi Jabalia. Rekaman setelah kejadian dalam video menunjukkan sejumlah orang berbaris di sisi lubang bekas ledakan yang besar.
Di dalam rumah sakit, pasien yang berlumuran darah terbaring di tandu dan troli. "Kami tidak tahu apa yang harus dilakukan. Ada yang terluka di mana-mana," kata Dr. Suaib Idais.
Para pejabat di Rumah Sakit Persahabatan Turki mengatakan pemboman kamp Jabalia pada Rabu, telah merusak bangsal perawatan pasien kanker. “Pemboman tersebut menyebabkan kerusakan besar dan membuat beberapa sistem elektro-mekanis tidak berfungsi. Hal ini juga membahayakan nyawa pasien dan tim medis,” kata Dr. Sobi Skaik, direktur rumah sakit, satu-satunya fasilitas pengobatan kanker di wilayah tersebut.
Juru bicara Kementerian Kesehatan Gaza Ashraf al-Qidra mengatakan generator utama untuk Rumah Sakit Indonesia dan Rumah Sakit al-Shifa di Kota Gaza dapat dimatikan pada Rabu malam.
Juru bicara militer Israel Letnan Kolonel Jonathan Conricus mengatakan Hamas menimbun bahan bakar untuk operasinya sendiri. “Cukup untuk beberapa hari, agar rumah sakit dan pompa air bisa beroperasi,” katanya.
Pekan lalu, Rumah Sakit Indonesia hampir kehabisan bahan bakar dan harus memutus aliran listrik di sebagian besar fasilitas. Setelah menerima pasokan dari Gaza yang semakin terbatas, rumah sakit kembali beroperasi, namun masih mengalami pemadaman total.
Rumah Sakit Indonesia memiliki sekitar 250 pasien pada Selasa pagi sebelum ledakan Jabalia, kata Masry. Karena letaknya dekat dengan garis depan di Gaza utara, rumah sakit tersebut telah menerima banyak pasien yang terjebak dalam pemboman dan serangan Israel, katanya.
REUTERS
Pilihan Editor: Israel Bunuh Lagi Komandan Hamas dalam Serangan ke Kamp Pengungsi Gaza