TEMPO.CO, Jakarta - Pasukan lapis baja Israel menyerang kota utama Jalur Gaza dari dua arah pada Senin, 30 Oktober 2023 dan menargetkan jalan utama yang menghubungkannya ke selatan Gaza, kata para saksi mata, sehingga memicu semakin banyak seruan internasional agar warga sipil Palestina dilindungi.
Militer Israel mengatakan pihaknya telah menyerang lebih dari 600 sasaran militan selama beberapa hari terakhir ketika pihaknya memperluas operasi darat di wilayah tersebut, di mana warga sipil Palestina sangat membutuhkan bahan bakar, makanan dan air bersih saat perang memasuki minggu keempat.
Otoritas medis Palestina di Gaza mengatakan pada Senin, 30 Oktober 2023, bahwa 8.306 orang – termasuk 3.457 anak di bawah umur – telah tewas dalam serangan udara dan darat Israel yang telah berlangsung selama tiga minggu.
Warga Palestina Bertahan
Israel memperbarui peringatan bagi warga sipil untuk bergerak dari utara Gaza ke selatan ketika negara itu mulai bergerak maju pada Jumat malam untuk mengejar militan Hamas yang dikatakan bersembunyi di terowongan labirin di bawah Kota Gaza.
Baca Juga:
Banyak warga Palestina yang tetap tinggal di sana, beberapa khawatir mereka akan menjadi tunawisma seperti generasi sebelumnya dan beberapa khawatir dengan serangan udara Israel di wilayah selatan.
Fadi, yang tinggal di kamp pengungsi Jabalia di pinggiran utara Kota Gaza dan menolak memberikan nama belakangnya, mengatakan bahwa daerah tersebut sekarang berada dalam bahaya besar akibat serangan darat Israel dengan tank-tank yang bergemuruh di pinggirannya. Dia bersumpah untuk tidak melarikan diri.
“Tidak ada seorang pun di seluruh lingkungan ini yang pergi. Kami tetap tinggal di sini,” katanya kepada Reuters melalui telepon. “Baik tank atau pesawat, tidak akan ada lagi pengungsian (warga Palestina). Itu adalah keputusan kami meskipun itu berarti kemartiran (kematian) kami.”
Militan Islam mengatakan mereka telah berhasil menggagalkan upaya serangan tank-tank Israel ke Kota Gaza dari timur dan melawan mereka di sepanjang perbatasan dengan Israel di Gaza utara.
“Tugas kita hari ini adalah berjuang dan berjuang,” kata kelompok militan Jihad Islam, yang berjuang bersama Hamas yang berkuasa di Gaza, dalam sebuah pernyataan, seraya menambahkan bahwa sekarang bukan waktunya untuk gencatan senjata.