TEMPO.CO, Jakarta - Chechnya menjadi perhatian dunia ketika memutuskan mengirimkan tentaranya ke Ukraina, yang sedang dikecamuk perang dengan Rusia pada 2022 lalu. Presiden Chechnya Ramzan Kadyrov bahkan ikut mendesak agar warga Ukraina menggulingkan Presiden Volodimir Zelensky.
Sikap Chechnya yang cukup berani itu, mengagetkan masyarakat dunia. Chechnya adalah sebuah pemerintahan berbentuk republik di barat daya Rusia atau wilayah utara pegunungan Greater Caucasus.
Chechnya mendapatkan kemerdekaannya secara de facto usai perang Chenchen pada 1994 – 1996. Namun, secara de jure Chechnya masih menjadi bagian dari Federasi Rusia.
Secara geografis wilayah utara Chechnya berbatasan dengan Rusia, sedang wilayah timur dan tenggaranya berbatasan dengan Republik Dagestan dan berbatasan dengan Georgia pada bagian barat dayanya.
Pada awal abad ke-21, Chechnya dikecamuk oleh konflik yang berlangsung lebih dari satu dekade hingga mendorong terjadinya eksodus pengungsi, tetapi untungnya perekonomian wilayah tersebut masih bertahan.
Wilayah Chechnya boleh dibilang mungil, yakni hanya 12.300 km persegi. Populasi Chechnya kurang dari 2 juta jiwa, dengan mayoritas penduduk beragama Islam.
Tulang punggung perekonomian Chechnya adalah minyak bumi dan pengeboran (minyak) yang umumnya dilakukan di lembah Sunzha River, yang terletak antara Grozny dan Gudermes. Minyak bumi banyak berada di Grozny, ada pula sejumlah pipa yang menghubungkan Laut Kaspia dengan Makhachkala lalu ke Laut Hitam di Tuapse.
Chechnya juga punya gas alam. Sedangkan pertanian di Chechnya, umumnya terletak di lembah Tarek dan Sunzha.
Krisis Sandera Teater
Dilansir pada Britannica, krisis sandera teater Moskow tahun 2002, juga disebut pengepungan Nord-Ost, adalah penyanderaan oleh militan Chechnya di Teater Dubrovka di Moskow, Rusia, yang berlangsung dari tanggal 23 Oktober hingga 26 Oktober 2002.
Krisis ini berakhir ketika pasukan Rusia memenuhi teater tersebut dengan gas . Lebih dari 150 orang meninggal, sebagian besar diantaranya akibat dampak gas tersebut.
Ketika keruntuhan Uni Soviet semakin cepat pada tahun 1991, para pemimpin di Chechnya mendeklarasikan kemerdekaan. Rusia menginvasi Chechnya pada tahun 1994, dan pertempuran bertahun-tahun menghancurkan wilayah tersebut.
Ketika kota-kota mereka dilenyapkan oleh pasukan Rusia, separatis Chechnya menyerukan strategi baru, yang berarti taktik gerilya di Chechnya dan serangan terhadap warga sipil di Rusia. Dalam konteks inilah sekitar 40 pejuang Chechnya yang bersenjata lengkap memasuki teater Moskow saat pertunjukan musikal populer Rusia Nord-Ost dan menyandera 850 orang penonton. Orang-orang Chechnya menuntut penarikan penuh pasukan Rusia dari tanah air mereka.
Pada awalnya, para militan membebaskan 150 sandera (perempuan, anak-anak, dan orang asing), namun pada hari kedua pengepungan, kondisi di dalam teater mulai memburuk, dan sejumlah orang ditembak. Pada pagi hari ketiga, pasukan khusus Rusia, yang telah mendirikan markas mereka di ruang bawah tanah kompleks teater, bersiap untuk serangan habis-habisan.
Gas berbahaya disemprotkan ke dalam teater untuk melumpuhkan para militan Chechnya; para sandera juga terkena dampaknya, dan banyak yang meninggal akibat gas tersebut.
DIMAS KUSWANTORO | SUCI SEKARWATI
Pilihan editor: Profil Ramzan Kadyrov, Presiden Chechnya yang Siap Ikut Perang Bantu Palestina dari Serangan Israel