TEMPO.CO, Jakarta - Kementerian Pendidikan Malaysia menarik diri dari partisipasi dalam Frankfurt Book Fair 2023 karena menilai penyelenggara mengambil sikap pro-Israel, di tengah meningkatnya perpecahan global mengenai konflik yang sedang berlangsung antara pasukan Israel dan Hamas Palestina.
Sehari sebelumnya Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) membatalkan keikutsertaan pada Pameran Buku Frankfurt, Jerman menyusul pernyataan dari pihak penyelenggara yang mendukung dan memberi panggung pada penerbit serta penulis dari Israel.
"Keputusan penyelenggara Festival Buku Frankfurt untuk hanya memihak dan memberi panggung Israel telah merusak cita-cita dialog dan upaya membangun saling pengertian antarnegara," kata Ketua Ikapi Arys Hilman dalam keterangan tertulis di Jakarta, Senin, 16 Oktober 2023.
Langkah Malaysia untuk menarik diri dari apa yang dianggap sebagai pameran perdagangan buku terbesar di dunia terjadi setelah asosiasi sastra Litprom mengatakan akan menunda upacara penghargaan untuk sebuah novel karya seorang penulis Palestina di acara tersebut menyusul serangan mematikan yang dilakukan kelompok Hamas pada 7 Oktober 2023 di Israel.
Penyelenggara pameran juga mengatakan di Facebook bahwa suara Yahudi dan Israel akan “terlihat secara khusus” pada edisi tahun ini.
“Kementerian tidak akan berkompromi dengan kekerasan Israel di Palestina, yang jelas-jelas melanggar hukum internasional dan hak asasi manusia,” kata Kementerian Pendidikan Malaysia dalam sebuah pernyataan pada Senin malam.
“Keputusan (untuk mundur) sejalan dengan sikap pemerintah yang menyatakan solidaritas dan memberikan dukungan penuh untuk Palestina.”
Malaysia yang mayoritas penduduknya Muslim telah lama mendukung perjuangan Palestina, dan Perdana Menteri Anwar Ibrahim mengatakan pekan ini bahwa ia tidak setuju dengan tekanan Barat untuk mengutuk Hamas.
Anwar pada hari Selasa menyerukan segera diakhirinya pemboman di Gaza dan pembentukan koridor kemanusiaan, setelah percakapan telepon dengan pemimpin Hamas Ismail Haniyeh.
Sikap Ikapi
Ketua Ikapi Arys Hilman menjelaskan, pameran buku semestinya merupakan ajang dialog yang adil dan upaya membangun saling pengertian, dan buku juga berperan menyuarakan perdamaian serta penghapusan penindasan di muka bumi.
"Memihak Israel sambil melupakan derita rakyat Palestina ibarat membaca hanya sebuah buku untuk merasa paham seluruh isi dunia," ucapnya.
Menurut dia, pernyataan penyelenggara Festival Buku Frankfurt yang memperluas panggung Israel dan membatalkan penghargaan bagi salah satu penulis Palestina, Adania Shibli yang karyanya bercerita tentang seorang perempuan Palestina yang diperkosa tentara Israel pada tahun 1949, seakan mencerminkan perluasan permukiman ilegal di tanah Palestina.
"Palestina adalah negeri terjajah yang rakyatnya terusir dari tanah air sendiri dan hari-hari belakangan bahkan kehilangan hak-hak dasar sebagai manusia seperti akses terhadap air, pangan, dan energi," katanya.
Ia menegaskan, pemerintah dan rakyat Indonesia selalu berada pada sisi rakyat Palestina dalam memperjuangkan kemerdekaan dan meyakini bahwa konflik berkepanjangan takkan berhenti sebelum Palestina mendapatkan hak untuk menentukan nasib sendiri.
Sebelumnya, Ikapi dijadwalkan hadir sebagai bagian dari kegiatan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) untuk mempromosikan budaya Indonesia pada khazanah buku dunia pada Festival Buku Frankfurt yang akan diselenggarakan pada 18-22 Oktober 2023 mendatang.
"Sebagai organisasi, Ikapi telah membatalkan keikutsertaan dalam kegiatan Festival Buku Frankfurt 2023, urung hadir pada acara pembukaan, serta meniadakan sejumlah acara," demikian Arys Hilman.
REUTERS | ANTARA
Pilihan Editor Putin: Status Non-Blok Ukraina Penting bagi Rusia