TEMPO.CO, Jakarta - Pengadilan Rusia menghukum mantan jurnalis televisi pemerintah Marina Ovsyannikova, yang memprotes sebuah siaran berita dengan plakat bertuliskan “Hentikan perang” dan “Mereka berbohong kepada Anda,” dengan hukuman delapan setengah tahun penjara secara in-absentia pada Rabu 4 Oktober 2023.
Ovsyannikova dinyatakan bersalah karena “menyebarkan informasi palsu yang disengaja tentang Angkatan Bersenjata Rusia,” menurut pernyataan yang diposting oleh pengadilan di Telegram.
Ovsyannikova, 45 tahun, meninggalkan Rusia bersama putrinya ke negara Eropa yang tidak disebutkan namanya setahun lalu setelah melarikan diri dari tahanan rumah, menurut pengacaranya. Ia menegaskan tidak punya kasus yang perlu dijawab di Rusia.
Dia melancarkan protes awalnya kurang dari tiga minggu setelah Rusia menginvasi Ukraina pada 24 Februari 2022, dalam apa yang disebut “operasi militer khusus.”
Ovsyannikova adalah seorang jurnalis, editor, pemengaruh media sosial, produser televisi, dan pengusaha yang punya usaha di Odesa, Ukraina. Ia juga editor di Channel One, saluran televisi pertama yang mengudara di Rusia pada 1995 setelah runtuhnya Uni Soviet.
Ovsyannikova terancam hukuman 10 tahun penjara berdasarkan peraturan tentang penyebaran informasi palsu yang disetujui parlemen setelah dimulainya invasi ke Ukraina pada 24 Februari lalu. Dalam sebuah unggahan daring, ia mengatakan kabur dari Rusia karena merasa tidak bersalah.
Pada Maret lalu, perempuan kelahiran Ukraina itu menerobos ke studio televisi Rusia, First Channel, selama siaran langsung sambil memegang poster bertulisan “Tidak ada perang. Hentikan perang” dan “Jangan percaya propaganda”.
Ia kemudian ditangkap dan didakwa meremehkan militer Rusia serta didenda 30 ribu rubel (US$ 270). Kremlin mengecam aksi protesnya sebagai hooliganisme.
Pilihan Editor: Rusia Perintahkan Penangkapan Jurnalis Marina Ovsyannikova
REUTERS