TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah misi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tiba di Nagorno-Karabakh pada Minggu, media Azerbaijan melaporkan, ketika eksodus massal etnis Armenia dari wilayah tersebut mulai berakhir setelah serangan militer Azerbaijan pekan lalu.
Misi tersebut, yang dipimpin oleh seorang pejabat senior bantuan PBB, menjadi akses pertama badan global tersebut ke Nagorno-Karabakh dalam 30 tahun.
Armenia telah meminta Mahkamah Internasional (ICJ) untuk memerintahkan Azerbaijan menarik semua pasukannya dari wilayah sipil di Nagorno-Karabakh dan memberikan akses kepada PBB.
Mahkamah pada Februari memerintahkan Azerbaijan untuk memastikan pergerakan bebas melalui area yang dikenal sebagai koridor Lachin yang menuju dan dari wilayah tersebut.
Proses pemindahan mereka yang ingin pindah dari Nagorno-Karabakh ke Armenia akan segera berakhir, kantor berita Rusia RIA mengutip pernyataan pemerintah Armenia pada Minggu malam.
Sebelumnya pada Minggu, Badan Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan lebih dari 100.000 etnis Armenia dari Nagorno-Karabakh telah melakukan perjalanan dalam waktu kurang dari seminggu.
“Kami telah mengaktifkan sistem darurat kami dan akan mengirimkan para ahli ke negara ini dari berbagai disiplin ilmu termasuk kesehatan mental, manajemen luka bakar, layanan kesehatan penting, dan koordinasi darurat setelah penilaian menyeluruh terhadap kebutuhan,” kata Dr Hans Henri P Kluge, direktur regional Kantor Regional WHO untuk Eropa.
“Tantangannya sungguh besar, dan kami siap melakukan semua yang kami bisa.”
Yerevan menuduh Baku melakukan “pembersihan etnis” – tuduhan yang dibantah oleh Baku.
Kelompok separatis Armenia, yang telah menguasai wilayah tersebut selama tiga dekade, setuju untuk melucuti senjata mereka, membubarkan pemerintahan mereka dan berintegrasi kembali dengan Baku setelah serangan satu hari Azerbaijan pada pekan lalu.
Armenia, negara berpenduduk 2,8 juta jiwa, menghadapi tantangan besar dalam menampung masuknya pengungsi secara tiba-tiba.
Federasi Internasional Perhimpunan Palang Merah dan Bulan Sabit Merah pada Jumat mengumumkan permohonan darurat sebesar 20 juta franc Swiss untuk membantu mereka yang melarikan diri.
Sementara itu, Azerbaijan mengadakan pembicaraan “reintegrasi” dengan para pemimpin separatis dan juga menahan tokoh-tokoh senior dari bekas pemerintahan dan komando militernya.
Jaksa Agung Azerbaijan Kamran Aliyev mengatakan penyelidikan kriminal telah dimulai terhadap kejahatan perang yang dilakukan oleh 300 pejabat separatis. “Saya mendesak orang-orang itu untuk menyerah secara sukarela,” katanya kepada wartawan pada hari Minggu.
Presiden Azerbaijan Ilham Aliyev dan Perdana Menteri Armenia Nikol Pashinyan akan bertemu pada Kamis 5 Oktober 2023 di Kota Granada, Spanyol untuk melakukan pembicaraan yang dimediasi Barat yang bertujuan mengakhiri permusuhan bersejarah mereka.
Ketika hubungan kedua negara diracuni oleh kebencian etnis yang diakibatkan oleh tiga perang dalam beberapa dekade, beberapa putaran perundingan yang dimediasi oleh Brussels dan Washington sejauh ini gagal menghasilkan terobosan.
Pilihan Editor: PBB Siap Tampung 120.000 Pengungsi Etnis Armenia yang Eksodus dari Nagorno-Karabakh
REUTERS | AL JAZEERA