TEMPO.CO, Jakarta - India memberlakukan jam malam di ibu kota dan beberapa wilayah di negara bagian Manipur yang bergolak pada Kamis, 28 September 2023, setelah sejumlah pelajar terluka dalam kekerasan menyusul protes terhadap dugaan penculikan dan pembunuhan dua pelajar, pihak berwenang dikatakan.
Kekerasan etnis telah menjerumuskan negara bagian timur laut yang berbatasan dengan Myanmar ke dalam apa yang digambarkan oleh banyak pakar keamanan sebagai perang saudara yang intens yang memperebutkan tanah, pekerjaan, dan pengaruh politik antara dua kelompok lokal terbesar di negara tersebut.
“Jam malam tanpa batas harus diterapkan di Imphal dan di beberapa distrik lainnya,” L. Kailun, seorang pejabat senior polisi yang berbasis di ibu kota negara bagian tersebut, mengatakan kepada Reuters.
Lebih dari 80 pelajar terluka dalam bentrokan Rabu, kata seorang pejabat polisi yang tidak ingin disebutkan namanya.
Dia menambahkan bahwa situasinya “sangat tegang” setelah massa bersenjata merusak kantor partai politik yang berkuasa dan melemparkan bom molotov ke dua lokasi polisi.
Layanan internet seluler telah ditangguhkan di negara bagian itu selama lima hari, kata para pejabat.
Sejak kekerasan pertama kali meletus pada 3 Mei, lebih dari 180 orang telah terbunuh dan lebih dari 50.000 orang meninggalkan rumah mereka di Manipur.
Lebih dari separuh penduduk negara bagian itu yang berjumlah 3,2 juta jiwa merupakan anggota komunitas Meitei, sedangkan komunitas Kuki, yang berjumlah sekitar 43%, sebagian besar tinggal di perbukitan.
Protes kembali berkobar atas dugaan penculikan dan pembunuhan dua mahasiswa komunitas Meitei yang hilang pada Juli, setelah jenazah mereka ditemukan minggu ini. Berita itu menjadi viral, menghidupkan kembali ketegangan etnis.
Ketua Menteri negara bagian tersebut, N. Biren Singh, yang merupakan pemimpin partai Perdana Menteri Narendra Modi, mengecam dugaan pembunuhan tersebut, dan berjanji akan memberikan hukuman maksimal bagi pelakunya.
Anggota keluarga mahasiswa dan pemimpin Meitei menuduh militan Kuki bertanggung jawab atas pembunuhan terbaru tersebut, dan mengkritik pihak berwenang karena gagal mengakhiri kekerasan.
Juru bicara kelompok masyarakat sipil Kuki mengatakan mereka belum bisa memberikan komentar mengenai pembunuhan terbaru ini.
Para pemimpin oposisi partai Kongres menuduh pemerintahan Modi gagal mengendalikan kekerasan di sebuah negara bagian yang diperintah oleh partai nasionalisnya.
REUTERS
Pilihan Editor: Israel Buka Penyeberangan Gaza, Ribuan Warga Palestina Kembali Kerja Setelah Dua Pekan