TEMPO.CO, Jakarta - Arnon Nampa, seorang aktivis dan pengacara terkemuka, yang terkenal karena seruan terbuka untuk reformasi monarki Thailand pada Selasa 26 September 2023 dijatuhi hukuman empat tahun penjara karena penghinaan terhadap kerajaan, kata seorang hakim dan pengacaranya.
Seruan terbuka ini diucapkan Arnon, 39 tahun, selama protes tiga tahun lalu.
Pengadilan Kriminal Bangkok juga mengenakan denda sebesar 20.000 baht Thailand kepada Arnon karena melanggar keputusan darurat yang berlaku pada saat itu.
Pengacara Arnon, Krisadang Nutcharus, mengatakan dia akan mengajukan banding atas keputusan tersebut.
Tuduhan tersebut berasal dari protes pada Oktober 2020 ketika Arnon juga menyerukan pengunduran diri Perdana Menteri Prayuth Chan-ocha dan konstitusi baru, saat ia memimpin ribuan orang yang sebagian besar adalah anak muda menuju gedung pemerintah. Polisi kemudian menggunakan kekerasan untuk membubarkan demonstrasi.
Arnon sebelumnya mengatakan kepada Al Jazeera bahwa dia tahu seruan yang belum pernah terjadi sebelumnya ini kemungkinan besar akan membuatnya ditangkap di negara yang menerapkan hukum ketat mengenai penghinaan terhadap kerajaan yang dikenal sebagai lese-majeste.
Undang-undang tersebut melindungi Raja Maha Vajiralongkorn dan keluarga dekatnya dari kritik. Raja melakukan perjalanan yang jarang terjadi di Bangkok sebulan setelah protes, dan menyebut Thailand sebagai tempat kompromi.
Keputusan tersebut merupakan yang pertama dari 14 kasus lese majeste terhadap aktivis vokal tersebut, satu dari ratusan orang yang didakwa berdasarkan hukum tersebut.
Hingga bulan lalu, setidaknya 257 orang telah didakwa dengan Pasal 112 sejak 2020, menurut kelompok penasihat hukum Pengacara Hak Asasi Manusia Thailand.
Pilihan Editor: Pria Thailand Dipenjara 28 Tahun karena Dianggap Menghina Raja
REUTERS | AL JAZEERA