TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Turki Tayyip Erdogan akan bertemu sekutunya, Presiden Azeri Ilham Aliyev, pada Senin, 24 September 2023, ketika ribuan warga etnis Armenia eksodus dari Nagorno-Karabakh setelah Azerbaijan mengalahkan pejuang di wilayah yang memisahkan diri itu pekan lalu.
Erdogan akan melakukan kunjungan satu hari ke kantong otonom Nakhchivan Azerbaijan – wilayah Azeri yang terletak di antara Armenia, Iran dan Turki – untuk berdiskusi dengan Aliyev mengenai situasi di wilayah Karabakh, kata kantor kepresidenan Turki.
Warga Armenia di Karabakh, wilayah yang diakui secara internasional sebagai bagian dari Azerbaijan tetapi sebelumnya berada di luar kendalinya, dipaksa melakukan gencatan senjata pekan lalu setelah operasi militer 24 jam oleh militer Azerbaijan yang jauh lebih besar.
Pada Minggu, pemimpin Nagorno-Karabakh mengatakan kepada Reuters bahwa 120.000 warga Armenia di kawasan itu tidak ingin hidup sebagai bagian dari Azerbaijan karena takut akan penganiayaan dan pembersihan etnis dan mulai meninggalkan daerah tersebut.
Hingga pukul 5 pagi waktu setempat pada Senin, lebih dari 2.900 orang telah menyeberang ke Armenia dari Nagorno-Karabakh, kata pemerintah Armenia dalam sebuah pernyataan.
Kantor berita Rusia RIA pada Senin pagi mengutip pernyataan pemerintah Armenia yang mengatakan bahwa lebih dari 1.500 orang telah menyeberang ke Armenia dari Nagorno-Karabakh pada tengah malam.
Erdogan, yang mendukung Azeri dengan persenjataan dalam konflik 2020, mengatakan pekan lalu bahwa dia mendukung tujuan operasi militer terbaru Azerbaijan tetapi tidak berperan di dalamnya.
Armenia mengatakan lebih dari 200 orang tewas dan 400 lainnya luka-luka dalam operasi Azeri pekan lalu, sebuah tindakan permusuhan yang dikutuk oleh Amerika Serikat dan sekutu Barat lainnya di Armenia.
Pada Minggu, kementerian pertahanan Azerbaijan mengatakan telah menyita lebih banyak peralatan militer dari separatis Armenia, termasuk roket, peluru artileri, ranjau dan amunisi.
Warga Armenia Karabakh tidak menerima janji Azerbaijan untuk menjamin hak-hak mereka karena wilayah tersebut terintegrasi. Armenia menyerukan segera dikerahkannya misi PBB untuk memantau hak asasi manusia dan keamanan di wilayah tersebut.
“Sembilan puluh sembilan koma sembilan persen memilih meninggalkan tanah bersejarah kami,” David Babayan, penasihat Samvel Shahramanyan, presiden Republik Artsakh, mengatakan kepada Reuters.
REUTERS
Pilihan Editor: Pria Serbia Bersenjata Baku Tembak dengan Polisi Kosovo, Empat Tewas