TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Prancis Emmanuel Macron pada Minggu, 24 September 2023, mengumumkan pihaknya akan menarik militer dan diplomat Prancis yang ada di Niger. Langkah itu diambil setelah ada gerakan penolakan atau anti-militer Prancis di Niger
Lewat keputusan itu, maka 1.500 tentara Prancis akan meninggalkan Niger per akhir 2023. Presiden Niger yang pro-Prancis Mohamed Bazoum, sudah dikudeta militer pada Juli 2023.
Baca Juga:
“Prancis telah memutuskan untuk menarik duta besarnya. Dalam beberapa jam, duta besar kami dan sejumlah diplomat akan pulang ke Prancis. Kerja sama militer kami pun dengan otoritas Niger akan berakhir pada akhir tahun ini atau beberapa bulan ke depan,” kata Macron yang disiarkan stasiun televisi France 2, Minggu 24 September 2023.
Niger adalah negara bekas jajahan Prancis. Selama satu dekade, rasa ketidak puasan dan kritik terhadap operasi militer Prancis di Niger, meluas. Dengan kudeta militer yang terjadi, sejumlah pemimpin yang berkuasa saat ini segera menghentikan sementara kesepakatan kerja sama dengan Pemerintah Prancis dan menuntut agar Prancis angkat kaki dari Niger.
Pada Agustus 2023 lalu, sejumlah pemimpin militer di Niger sudah meminta agar Duta Besar Prancis untuk Niger Sylvain Itte meninggalkan negara itu dan mencabut kekebalan diplomatiknya, namun permintaan tersebut ditolak Prancis. Pada akhir pekan lalu, Macron mengklaim kalau militer Niger menyandera Itte dengan menghalangi makanan-makanan yang dikirimkan ke kantor Kedutaan Besar Prancis.
Saat ini ada sekitar 1.500 tentara Prancis yang ditempatkan di Niger setelah Prancis menghentikan sementara operasi militernya di Mali dan Burkina Faso yang juga sama-sama mengalami kudeta militer. Salah satu pangkalan militer Prancis di Niger yang terbesar berada di kawasan Sahel dan saat dilakukan penarikan pasukan, maka wilayah itu hanya menyisakan beberapa puluh tantara Prancis saja yang akan bertugas di Chad.
Dengan berkurangnya pengaruh Prancis, pada akhir pekan lalu Niger, Mali dan Burkina Faso mengumumkan membentuk sebuah aliansi militer. Mali dan Burkina Faso secara tak resmi sama-sama berkomitmen akan mendukung Niger jika ada invasi dari ECOWAS.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Kena Sanksi ECOWAS, Niger Krisis Obat-obatan
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.