TEMPO.CO, Jakarta -Pemimpin geng paling berkuasa di Haiti pada hari Selasa menyerukan penggulingan bersenjata Perdana Menteri Ariel Henry dan mendesak rakyat untuk turun ke jalan melawan pemerintah yang tidak dipilih.
Jimmy “Barbecue” Cherizier, mantan perwira polisi yang kini mengetuai koalisi geng kuat yang menguasai sebagian besar Port-au-Prince, memimpin kelompok pria bersenjatanya dalam pawai melintasi ibu kota pada Selasa, memblokir jalan dan menabuh genderang.
“Kami melancarkan perlawanan untuk menggulingkan pemerintahan Ariel Henry dengan cara apa pun,” kata pemimpin geng Cherizier, dikutip dari Reuters pada Kamis 21 September 2023. “Pertarungan akan kita dilakukan dengan senjata.”
Dia menambahkan bahwa “demonstrasi di seluruh lingkungan kelas pekerja” akan terjadi setiap hari terhadap pemerintahan Henry, yang menurutnya tidak memiliki legitimasi.
Haiti memiliki sekitar 200 geng dengan jumlah anggota beragam yang telah menjadi otoritas de facto di sebagian besar ibu kota Port-au-Prince dan terlibat dalam aktivitas ilegal, mulai dari pemerasan hingga perdagangan narkoba.
Geng-geng Haiti semakin kuat keberadaannya sejak pembunuhan Presiden Jovenel Moise pada 2021.
Pembunuhan Moise menciptakan kekosongan kekuasaan, yang kemudian diisi oleh Henry untuk sementara waktu. Henry telah berjanji untuk menyelenggarakan pemilu setelah keamanan kembali stabil, dan menyerukan bantuan internasional dalam memerangi geng-geng tersebut.
“Komunitas internasional tidak dapat terus melakukan ini di Haiti,” kata Cherizier. “Jika komunitas internasional tidak ada hubungannya dengan kematian (Moise), mereka tidak boleh mendukung Ariel Henry.”
Cherizier, yang menjadi sasaran sanksi oleh Departemen Keuangan Amerika Serikat atas perannya dalam pembantaian [ada 2018, mengatakan bahwa warga lingkungan padat penduduk Carrefour Feuilles yang meninggalkan rumahnya karena kekerasan geng akan segera dapat kembali dan hidup damai.
Warga terus meninggalkan negara Karibia tersebut di tengah kekerasan geng yang marak. Penculikan semakin sering terjadi dan baku tembak antara polisi dan kelompok kriminal menjadi kejadian rutin.
Menurut perkiraan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), lebih dari 19.000 orang telah mengungsi dari ibu kota dalam beberapa pekan terakhir karena pecahnya kekerasan bersenjata.
Pilihan Editor: Kelompok Bantuan Haiti Hentikan Operasi Gara-gara Kekerasan Geng
REUTERS