TEMPO.CO, Jakarta - Menjelang pidato langsung pertama Presiden Ukraina Volodomyr Zelensky dalam sidang Dewan Keamanan PBB mengenai invasi Moskow ke negaranya, Duta Besar Rusia Vassily Nebenzia menolak kehadirannya di hadapan 15 anggota dewan.
Perdana Menteri Albania Edi Rama, yang menjabat sebagai presiden selama sesi yang menegangkan tersebut, menanggapi dengan sindiran terhadap Moskow, yang telah lama mengatakan bahwa invasi tersebut tidak berarti perang tetapi merupakan “operasi militer khusus”.
“Saya ingin meyakinkan rekan-rekan kami di Rusia dan semua orang di sini bahwa ini bukan operasi khusus yang dilakukan oleh kepresidenan Albania,” kata Rama, yang dikenal karena selera humornya yang tajam, diiringi tawa di seluruh ruangan.
“Ada solusi untuk ini,” lanjut Rama. “Jika Anda setuju, Anda menghentikan perang dan Presiden Zelensky tidak akan berpidato,” kata Rama, yang negaranya menjabat sebagai presiden dewan tersebut untuk September.
Nebenzia melanjutkan dengan mengatakan sesi tersebut hanyalah sebuah pertunjukan dan mengkritik Rama karena apa yang dia katakan sebagai sikap politik dan bukan tindakan penjaga prosedur yang netral.
Dalam upaya untuk membenarkan invasi mereka, Moskow mengatakan ambisi Ukraina untuk berintegrasi dengan Barat – termasuk NATO – menimbulkan ancaman terhadap keamanan nasional Rusia.
Ketika diberikan kesempatan setelah perdebatan sengit, Zelensky menyarankan agar Rusia dicabut hak vetonya sebagai salah satu dari lima anggota tetap DK PBB pasca Perang Dunia Kedua sebagai hukuman karena menyerang Ukraina.
Zelensky mengatakan satu-satunya cara menuju perdamaian abadi adalah penarikan penuh pasukan Rusia dan pemulihan kendali Kyiv atas wilayahnya dalam perbatasan tahun 1991 setelah jatuhnya Uni Soviet.
Pilihan Editor: Pertama Kali Hadiri Sidang DK PBB, Zelensky Desak Hak Veto Rusia di PBB Dicabut
REUTERS