TEMPO.CO, Jakarta -Ratusan tahanan Bahrain menghentikan aksi mogok makan untuk sementara setelah pemerintah berjanji memperbaiki kondisi penjara. Selama mogok dihentikan, Putra Mahkota Salman bin Hamad al-Khalifa berangkat ke Washington, Amerika Serikat untuk memperbaiki hubungan bilateral.
Institut Hak dan Demokrasi Bahrain (BIRD) mengatakan para tahanan setuju untuk menunda pemogokan, yang dimulai pada 7 Agustus hingga 30 September nanti untuk memungkinkan implementasi perubahan yang dijanjikan.
Dalam sebuah pernyataan yang dikirim ke Reuters, Pemerintah Bahrain mengatakan dalam bahwa para narapidana telah mengakhiri mogok makan.
“Para narapidana yang melakukan aksi mogok makan telah memutuskan untuk mengakhirinya pada 11 September 2023. Ini setelah jam berkunjung diatur ulang, jam akses udara terbuka ditingkatkan, dan jumlah kontak yang dapat dihubungi juga ditingkatkan,” demikian tertulis dalam pernyataan tersebut.
Sayed Ahmed Alwadaei dari BIRD, seorang aktivis Bahrain yang tinggal di pengasingan, mengatakan pemerintah telah menunjukkan fleksibilitas akan hal ini. Dia menambahkan bahwa kesepakatan yang diusulkan juga termasuk mengakhiri isolasi bagi beberapa tahanan.
Namun, aktivis hak asasi manusia terkemuka Abdulhadi al-Khawaja melanjutkan aksi mogok makannya pada Rabu setelah pihak berwenang tidak mengizinkan dia untuk berobat ke dokter sesuai jadwal. Hal ini diungkap oleh putrinya, Zainab, kepada Reuters.
Pemerintah membantah al-Khawaja melakukan mogok makan, dan menambahkan bahwa dia “berulang kali dan secara sukarela menolak menghadiri janji rutinnya ke dokter.”
“Kesehatan Abdulhadi al-Khawaja stabil tanpa ada kekhawatiran serius,” kata pemerintah.
Pihak berwenang Bahrain tidak menanggapi pertanyaan tentang ada atau tidaknya kaitan antara kompromi tersebut dengan kunjungan putra mahkota ke AS.
Namun, Bahrain berharap dapat membangun hubungan selama kunjungan resmi ke Washington pekan ini.
Pilihan Editor: 500 Tahanan di Bahrain Mogok Makan
REUTERS