TEMPO.CO, Jakarta - Sebanyak 1.910 aktivis lingkungan hidup telah tewas terbunuh antara 2012-2022, dengan Amerika Latin memegang persentase tertinggi secara global. Hal ini diungkapkan Global Witness, sebuah organisasi non-pemerintah (LSM) internasional pada Rabu.
Global Witness merilis laporan yang mengungkapkan statistik pembunuhan aktivis lingkungan menjelang Konferensi Perubahan Iklim PBB (COP28) ke-28, yang akan diadakan di Uni Emirat Arab pada November.
Laporan tersebut menunjukkan bahwa Kolombia menjadi negara paling mematikan di dunia bagi para aktivis lingkungan hidup, dengan total 60 kematian pada tahun lalu. Amerika Latin menyumbang 88 persen kematian pada tahun lalu.
Negara-negara mematikan lainnya tahun lalu di kawasan ini termasuk Brasil dengan 34 kasus pembunuhan, Meksiko dengan 31 kasus, dan Honduras dengan 14 kasus, katanya.
Studi ini juga menyoroti bahwa 177 aktivis lingkungan hidup di seluruh dunia dibunuh tahun lalu. Global Witness mendokumentasikan 16 pembunuhan di Asia, 11 di antaranya terjadi di Filipina, yang menduduki peringkat teratas di kawasan ini setiap tahunnya tanpa kecuali.
Baca juga:
Sementara Indonesia mencatat kematian tiga aktivis lingkungan pada 2022, yakni Danil, Erni Pinem dan Erfaldi Erwin Lahadado. Jumlah ini sama dengan kematian aktivis lingkungan setahun sebelumnya.
“Penelitian ini juga menemukan lagi bahwa masyarakat adat di seluruh dunia menghadapi tingkat serangan mematikan yang tidak proporsional, karena mereka menjadi korban dari lebih dari sepertiga (34 persen) pembunuhan global pada tahun lalu, sementara jumlah mereka hanya sekitar 5 persen dari populasi dunia,” Global Research mengatakan di situsnya.
Meskipun masyarakat adat memiliki fungsi penting dalam memerangi krisis iklim, masyarakat adat “dikepung” di negara-negara seperti Brazil, Peru dan Venezuela, kata Laura Furones, penasihat senior Kampanye Pembela Tanah dan Lingkungan dari LSM tersebut.
Laporan tersebut juga menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang berbasis di Amerika Serikat, Inggris, dan Uni Eropa mendukung aktivitas penambangan emas dan penebangan kayu yang mengancam komunitas domestik di hutan hujan Amazon.
Pilihan Editor: Polisi Belanda Bubarkan Demo dengan Meriam Air, Aktivis Lingkungan Menyambut dengan Tarian
ANADOLU