TEMPO.CO, Jakarta - Gempa Maroko yang mengguncang dengan dahsyat menyisakan trauma bagi para korban. Saida Bodchich sedang tidur di rumahnya di kota Marrakesh, Maroko ketika gempa berkekuatan 6,8 skala Richter mengguncang wilayah tersebut. Ia tak bisa melarikan diri dalam waktu cepat, akibatnya Bodchich pun terjebak ketika atap rumahnya runtuh pada Jumat malam. Beruntung, para tetangga datang menyelamatkan dan menariknya keluar.
“Saya diselamatkan oleh tetangga saya yang membersihkan puing-puing dengan tangan kosong,” kata Bodchich. “Saya tinggal bersama di rumah mereka sekarang karena rumah saya hancur total.”
Lebih dari 2.012 orang tewas dan sedikitnya 2.059 orang terluka akibat gempa tersebut. Gempa menghancurkan bangunan bersejarah di Marrakesh, kota terbesar keempat di Maroko.
Banyak penduduk di daerah yang terkena dampak kehilangan tempat tinggal akibat bencana itu. Banyak yang memilih untuk tidur di tempat terbuka pada Sabtu malam, karena takut akan gempa susulan atau kerusakan atap dan dinding yang runtuh.
Khadijah Satou, warga Marrakesh lainnya, merasakan kamarnya berputar saat dia mencoba mencari tahu apa yang terjadi. “Saya baru saja berada di tempat tidur dan bersiap untuk tidur ketika keadaan mulai terasa agak goyah,” katanya dilansir dari Al Jazeera, Senin, 11 September 2023.
"Awalnya saya berpikir, mungkin ada kebakaran di sebelah atau ada bangunan. Namun guncangan itu bukanlah sesuatu yang normal. Saya merasa ruangan itu berputar. Itu sangat traumatis. Saya sedang membicarakannya sekarang tetapi perasaannya sangat buruk," katanya.
“Saya mendengar orang-orang berteriak dan kemudian saya menyadari bahwa itu adalah gempa bumi.”
Satou berlari keluar dari apartemennya, tanpa sepatu atau telepon. Tangga di gedungnya bergetar saat dia pergi.
“Saat itu, saya berpikir tidak mungkin saya bisa keluar (dari gedung). Saya pikir gempanya sangat singkat tetapi terasa sangat lama. Orang-orang menangis, takut dan semua orang saling berpelukan.”
Gempa tersebut tercatat pada kedalaman 26 kilometer sehingga lebih dahsyat dibandingkan gempa dalam dengan kekuatan yang sama. Gempa itu paling mematikan di Maroko sejak 1960. Sebagian besar korban jiwa dilaporkan di daerah pegunungan di selatan provinsi Al-Haouz dan Taroudant.
Lebih dari 2.100 korban tewas dalam gempa paling mematikan di Maroko selama lebih dari enam dekade. Korban kini berjuang untuk mendapatkan makanan, air, dan tempat berlindung.
Jumlah korban tewas meningkat menjadi 2.122 orang dan 2.421 orang terluka. Pemerintah Maroko mengatakan pihaknya mungkin menerima tawaran bantuan dari negara lain dan akan berupaya mengoordinasikannya bila diperlukan.
Kerusakan terjadi terhadap warisan budaya Maroko yaitu runtuhnya sebuah masjid bersejarah yang penting pada abad ke-12 . Gempa tersebut juga merusak sebagian kota tua Marrakesh, yang merupakan situs Warisan Dunia UNESCO.
Pemerintah mengatakan pada hari Minggu bahwa mereka telah menyiapkan dana untuk mereka yang terkena dampak gempa. Pemerintah juga mengatakan memperkuat tim pencarian dan penyelamatan, menyediakan air minum dan mendistribusikan makanan, tenda dan selimut. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO, lebih dari 300.000 orang terkena dampak bencana tersebut.
AL JAZEERA | REUTERS
Pilihan Editor: Pulang dari KTT G20, Pesawat PM Kanada Justin Trudeau Mogok di India