TEMPO.CO, Jakarta - Gempa bumi dahsyat yang jarang terjadi melanda Maroko pada Jumat malam, menewaskan lebih dari 1.000 orang dan merusak bangunan dari desa-desa di Pegunungan Atlas hingga kota bersejarah Marrakesh.
Gempa bumi paling mematikan di Maroko dalam beberapa dekade terakhir telah menewaskan lebih dari 1.000 orang, kata pihak berwenang pada Sabtu 9 September 2023, menyebabkan kerusakan yang luas dan membuat penduduk serta wisatawan yang ketakutan bergegas mencari tempat aman di tengah malam.
Data Kementerian Dalam Negeri yang diperbarui pada Sabtu menunjukkan gempa tersebut menewaskan sedikitnya 1.037 orang, sebagian besar di Al-Haouz, pusat gempa, dan provinsi Taroudant.
Sebanyak 1.204 orang lainnya terluka, termasuk 721 orang dalam kondisi kritis, kata kementerian itu. Kementerian juga mencatat kematian di provinsi Ouarzazate, Chichaoua, Azilal dan Youssoufia, serta di Marrakesh, Agadir dan daerah Casablanca.
Gempa berkekuatan 6,8 skala Richter melanda daerah pegunungan 72 kilometer barat daya tempat wisata Marrakesh pada Jumat pukul 23:11 malam, menurut laporan Survei Geologi AS. Getaran kuat juga dirasakan di kota pesisir Rabat, Casablanca dan Essaouira.
“Saya hampir tertidur ketika mendengar pintu dan jendela dibanting-banting,” kata Ghannou Najem, warga Casablanca berusia 80-an yang sedang mengunjungi Marrakesh ketika gempa terjadi.
“Saya keluar dengan panik. Saya pikir saya akan mati sendirian.”
Ini adalah gempa terkuat yang pernah melanda kerajaan di Afrika Utara itu, dan seorang ahli menggambarkannya sebagai gempa terbesar di wilayah tersebut dalam lebih dari 120 tahun.
“Ketika gempa bumi dahsyat jarang terjadi, bangunan-bangunan tidak dibangun dengan cukup kokoh… sehingga banyak yang runtuh, dan mengakibatkan banyak korban jiwa,” kata Bill McGuire, profesor emeritus di University College London, Inggris.