TEMPO.CO, Jakarta - Pentagon, Rabu, 6 September 2023, mengumumkan paket bantuan keamanan baru senilai hingga US$175 juta untuk Ukraina, termasuk amunisi uranium untuk tank Abrams, yang merupakan pertama kalinya AS mengirimkan amunisi penusuk lapis baja yang kontroversial ke Kyiv.
Reuters pertama kali melaporkan pada pekan lalu bahwa peluru tersebut, yang dapat membantu menghancurkan tank Rusia, akan menjadi bagian dari paket bantuan militer baru untuk Ukraina, yang diserbu pasukan Rusia pada Februari 2022.
Pada Rabu, Pentagon mengatakan bantuan militer juga akan mencakup sistem anti-lapis baja, sistem navigasi udara taktis dan amunisi tambahan untuk Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS).
Pengumuman tersebut bertepatan dengan kunjungan diplomat terkemuka AS Antony Blinken ke Kyiv sebagai isyarat dukungan ketika serangan balasan Ukraina terhadap pasukan pendudukan Rusia memasuki bulan keempat dan hanya menghasilkan sedikit kemajuan.
Bantuan senilai US$175 juta tersebut merupakan bagian dari total lebih dari US$1 miliar bantuan yang diumumkan Blinken di ibu kota Ukraina.
Bantuan ini juga mencakup lebih dari US$665 juta bantuan militer dan keamanan sipil baru serta jutaan dolar untuk dukungan pertahanan udara Ukraina dan bidang lainnya.
Meskipun Inggris telah mengirim amunisi uranium ke Ukraina awal tahun ini, ini akan menjadi pengiriman amunisi pertama AS dan kemungkinan besar akan menimbulkan kontroversi.
Kedutaan Besar Rusia di Washington mengecam keputusan tersebut sebagai “indikator ketidakmanusiawian”, dan menambahkan bahwa “Amerika Serikat menipu dirinya sendiri dengan menolak menerima kegagalan serangan balasan militer Ukraina.”
Blinken pada Rabu memuji kemajuan dalam upaya pemukulan mundur Rusia dan mengatakan tentang paket dukungan baru AS: "Bantuan baru ini akan membantu mempertahankannya dan membangun momentum lebih lanjut."
Washington sebelumnya mengumumkan akan mengirim amunisi tandan ke Ukraina, meskipun ada kekhawatiran akan bahaya senjata tersebut terhadap warga sipil.
Penggunaan amunisi uranium terdeplesi telah diperdebatkan dengan sengit, dengan penentang seperti Koalisi Internasional untuk Melarang Senjata Uranium mengatakan ada risiko kesehatan yang berbahaya dari menelan atau menghirup debu uranium terdeplesi, termasuk kanker dan cacat lahir.
REUTERS
Pilihan Editor: Pemerintah Finlandia Diancam Mosi Tidak Percaya, 2 Menteri Ucapkan Rasisme di Masa Lalu