TEMPO.CO, Jakarta - Hubungan antara Rusia dan Korea Utara kian dekat. Amerika Serikat khawatir bahwa perundingan senjata antara kedua negara akan mengalami kemajuan.
Juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby mengatakan pada konferensi pers bahwa Menteri Pertahanan Rusia Sergei Shoigu telah mencoba mengunjungi Korea Utara untuk meyakinkan Pyongyang agar menjual amunisi artileri ke Rusia. Presiden Rusia Vladimir Putin dan pemimpin Korea Utara Kim Jong Un telah bertukar surat dan berjanji untuk meningkatkan kerja sama mereka. Amerika Serikat memiliki data intelijen yang mengindikasikan sekelompok pejabat Rusia lainnya telah melakukan perjalanan ke Pyongyang setelah kunjungan menteri pertahanan.
Misi Korea Utara dan Rusia untuk PBB di New York tidak segera menanggapi permintaan komentar.
Washington telah memperingatkan sebelumnya bahwa Korea Utara dapat memberikan lebih banyak senjata kepada Rusia. Awal bulan ini Amerika Serikat menjatuhkan sanksi terhadap tiga entitas yang dituduh terkait dengan kesepakatan senjata antara Korea Utara dan Rusia.
Kirby mengatakan Korea Utara mengirimkan roket dan rudal infanteri ke Rusia tahun lalu. Sejak itu Moskow berupaya memperoleh amunisi tambahan.
“Kami tetap khawatir bahwa Korea Utara terus mempertimbangkan untuk memberikan dukungan militer kepada tentara Rusia di Ukraina,” kata Kirby. Ia mengacu pada Korea Utara dan mengutip “informasi baru” bahwa pembicaraan semacam itu mengalami kemajuan. “Diskusi tingkat tinggi mungkin berlanjut dalam beberapa bulan mendatang,” katanya.
Berdasarkan potensi kesepakatan tersebut, Rusia akan menerima amunisi yang rencananya digunakan dalam perang Ukraina, kata Kirby. Kesepakatan itu juga dapat mencakup bahan mentah yang membantu basis industri pertahanan Rusia.
“Kami mendesak Korea Utara untuk menghentikan perundingan senjata dengan Rusia dan mematuhi komitmen publik yang telah dibuat Pyongyang untuk tidak menyediakan atau menjual senjata ke Rusia,” kata Kirby.
Di PBB, duta besar AS Linda Thomas-Greenfield menyampaikan pernyataan atas nama Amerika Serikat, Jepang, Korea Selatan dan Inggris. Pernyataan itu adalah setiap kesepakatan senjata antara Rusia dan Korea Utara akan melanggar resolusi Dewan Keamanan PBB.
REUTERS
Pilihan Editor: RI Komentari Soal Peta Baru Cina yang Diprotes Malaysia hingga India