TEMPO.CO, Jakarta -Kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa Josep Borrell mengatakan para menteri pertahanan Uni Eropa akan membahas situasi di Gabon. Ia menilai kudeta di negara tersebut, seperti telah dikonfirmasi, akan menambah lebih banyak ketidakstabilan di wilayah tersebut.
Borrell, berbicara pada pertemuan para menteri pertahanan Uni Eropa di Toledo pada Rabu, 30 Agustus 2023, mengatakan seluruh kawasan, mulai dari Republik Afrika Tengah, Mali, Burkina Faso, Niger, dan kemudian Gabon, berada dalam situasi yang sangat sulit.
Menurutnya para menteri harus memikirkan secara mendalam apa yang terjadi di Afrika, sambil mencari cara bagaimana Eropa dapat meningkatkan kebijakan sehubungan dengan negara-negara ini..
“Ini adalah masalah besar bagi Eropa,” katanya.
Sekelompok perwira senior militer Gabon muncul di televisi nasional pada Rabu dini hari. Mereka mengatakan mereka telah mengambil alih kekuasaan, setelah badan pemilihan umum negara bagian mengumumkan Presiden Ali Bongo telah memenangkan masa jabatan ketiga.
Tanda-tanda kudeta di Gabon muncul hanya beberapa minggu setelah anggota pengawal presiden di Niger merebut kekuasaan dan mendirikan junta.
Jika berhasil, kudeta di Gabon akan menjadi yang kedelapan di Afrika Barat dan Tengah sejak tahun 2020. Yang terbaru, di Niger, terjadi pada Juli. Perwira militer juga merebut kekuasaan di Mali, Guinea, Burkina Faso dan Chad.
Niger dan negara-negara Sahel lainnya sedang memerangi pemberontakan Islam yang telah mengikis kepercayaan terhadap pemerintahan demokratis. Gabon, yang terletak lebih jauh ke selatan di pantai Atlantik, tidak menghadapi tantangan yang sama. Namun kudeta akan menunjukkan tanda-tanda kemunduran demokrasi di wilayah yang bergejolak.
Pilihan Editor: Para Perwira Militer Gabon Klaim Rebut Kekuasaan Pasca-Pemilu
REUTERS