TEMPO.CO, Jakarta - Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau memprediksi konflik militer antara Rusia dan Ukraina masih lama selesainya. Kanada bersama negara-negara anggota G7 lainnya siap mendukung Kyev secara jangka panjang.
Berbicara di dalam pertemuan Seventh Global Environment Facility Assembly di Vancouver, Kanada, pada Sabtu, 26 Agustus 2023, Trudeau mengatakan negara anggota G7 sudah tahu kalau serangan balasan atas nama Ukraina adalah sebuah proses panjang. Sebelumnya pada awal Juni 2023 lalu, Ukraina melancarkan serangan balasan besar-besaran dari arah timur dan selatan negara itu, namun serangan itu belum membuahkan kemajuan yang signifikan. Sejumlah pejabat senior di Ukraina, termasuk Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky, menyadari serangan balasan akan berjalan lebih lambat dari yang diantisipasi.
“Jelas dari sejumlah pembicaraan yang sudah dilakukan dengan negara anggota G7 dan NATO, kami siap untuk sebuah perang yang akan memamakan waktu lama karena kami tidak bisa dan tidak boleh membiarkan Rusia menang,” kata Trudeau.
Media-media dari negara Barat mewartakan militer Ukraina mengalami kekalahan yang amat besar karena mereka mencoba menembus pertahanan Rusia. Kementerian Pertahanan Rusia pada awal bulan ini mengklaim kalua Kyev telah kehilangan lebih dari 43 ribu personel militer dan hamper 5 ribu unit peralatan militer sejak perang Ukraina meletup.
Surat kabar Wall Street Journal mewartakan berdasarkan sumber yang tak dipublikasi di Pemerintah Amerika Serikat mewartakan pada Kamis, 24 Agustus 2023, kalau Amerika Serikat tampaknya tidak akan memberikan bantuan pada 2024 dalam jumlah yang sama dengan yang diberikan pada 2023.
Sebelumnya pada awal Agustus 2023, mantan Presiden Rusia Dmitry Medvedev, yang saat ini menjabat sebagai wakil kepala Dewan Keamanan Rusia mengatakan lewat Telegram kalau permusuhan antara Rusia dan Ukraina bisa memakan waktu bertahun-tahun, bahkan puluhan tahun. Bagi Rusia, ini adalah masalah eksistensial.
Sumber: RT.com
Pilihan Editor: Monako Hentikan Investigasi Dugaan Korupsi Perdana Menteri Lebanon
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.