Pada 2001, Taliban menguasai nyaris seluruh wilayah negaranya kecuali sebagian kecil Afghanistan utara. Dan di antara sekian banyak negara, hanya Arab Saudi, Pakistan, dan Uni Emirat Arab yang pernah resmi mengakui rezim tersebut. Namun pada tahun tersebut juga, Amerika dengan cepat menggulingkan pemerintah Taliban, yang dituding menyembunyikan teroris al-Qaeda dan bertanggung jawab atas serangan teroris 9/11 di AS.
Menguasai Afghanistan
Pada Minggu, 15 Agustus 2021, Para gerilyawan Taliban mengambilalih Istana Kepresidenan Afghanistan di Kabul setelah berhasil menguasai hampir seluruh wilayah negara itu hanya dalam tempo seminggu.
Jatuhnya Afghanistan ke tangan Taliban bukan hal yang mengejutkan. Mereka memiliki pepatah yang ditujukan kepada pasukan asing dan pasukan pemerintah:
"Kalian memiliki arloji. Kami memiliki waktu. Kami lahir di sini. Kami pun akan mati di sini. Kami tidak akan kemana-mana."
Koalisi negara-negara Barat termasuk Australia, menurut analis ABC News Stan Grant, sebenarnya memerangi musuh (Taliban) yang "tak akan mati". Musuh yang tidak punya tempat lain untuk dituju.
Pepatah ini terbukti. Pasukan koalisi pimpinan Amerika Serikat yang menduduki negara itu sejak 2001, pada 2021 lalu beramai-ramai keluar dari Afghanistan.
Begitu pula dengan Presiden Ashraf Ghani beserta jajaran pemerintahannya, termasuk para politisi telah meninggalkan Kabul sebelum pasukan Taliban tiba.
Pejuang Taliban menguasai sebagian besar ibukota dalam semalam, hanya menghadapi sedikit perlawanan dari Tentara Nasional Afghanistan.
Sejak menguasai negara tersebut, Taliban memiliki sejumlah peraturan yang disebut mengekang perempuan. Yang terbaru, mereka telah memerintahkan salon kecantikan ditutup dalam waktu satu bulan. Penutupan salon kecantikan ini merupakan kebijakan terbaru yang kian membatasi akses perempuan ke tempat umum di Afghanistan.
"Batas waktu penutupan salon kecantikan untuk wanita adalah satu bulan," kata Mohammad Sadiq Akif, juru bicara Kementerian Pencegahan Kejahatan dan Penyebaran Kebajikan, Selasa, 4 Juli 2023. Ia mengacu pada pemberitahuan dari kementerian.
Sebelumnya, Pemimpin tertinggi Taliban mengklaim bahwa pemerintahnya telah mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk memperbaiki kehidupan perempuan Afganistan. Perempuan dibatasi di hadapan publik, dalam pekerjaan dan juga pendidikan anak.
Pernyataan Hibatullah Akhundzada itu disampaikan menjelang hari raya Idul Adha lalu di Afganistan dan negara Islam lainnya. Namun di sisi lain, seorang pakar PBB pada Senin, 19 Juni 2023, mengatakan bahwa perlakuan terhadap perempuan dan anak perempuan Afghanistan oleh Taliban bisa menjadi "apartheid gender" karena hak-hak mereka terus dilanggar secara serius oleh otoritas de facto negara itu.
DANAR TRIVASYA FIKRI | TIM TEMPO
Pilihan editor: Taliban Berkuasa, Toko Buku di Afghanistan Banyak yang Bangkrut