Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Sepak Terjang Taliban dan Politik Tradisionalisme-Puritanisme yang Dianutnya

Reporter

Editor

Dwi Arjanto

image-gnews
Anggota Taliban konvoi saat merayakan dua tahun kekuasaannya di Kabul, Afghanistan, 15 Agustus 2023.  Taliban merayakan ulang tahun kedua mereka kembali berkuasa, pengambilalihan Kabul dan pembentukan apa yang mereka katakan sebagai keamanan di seluruh negeri di bawah sistem Islam. REUTERS/Ali Khara
Anggota Taliban konvoi saat merayakan dua tahun kekuasaannya di Kabul, Afghanistan, 15 Agustus 2023. Taliban merayakan ulang tahun kedua mereka kembali berkuasa, pengambilalihan Kabul dan pembentukan apa yang mereka katakan sebagai keamanan di seluruh negeri di bawah sistem Islam. REUTERS/Ali Khara
Iklan

TEMPO.CO, Jakarta - Dua hari lalu, tepatnya Selasa, 15 Agustus 2023 menjadi penanda 2 tahun Taliban menguasai Afghanistan. Berikut sepak terjang dan politik yang dianut Taliban.

Sejak Agustus 2021 lalu, Afghanistan telah dikuasai oleh sebuah kelompok bernama Taliban. Sejak lebih dari 20 tahun yang lalu, Amerika Serikat dengan Presiden yang silih berganti terus menaruh perhatian khusus pada kelompok ini.

Bagaimanakah sepak terjangnya dan apa politik yang dianut Taliban?

Sejarah Berdirinya Taliban

Dilansir dari Britannica, Taliban atau disebut juga Taleban merupakan faksi politik dan agama ultrakonservatif yang muncul di Afghanistan pada pertengahan 1990-an. Kemunculan mereka ditandai setelah penarikan pasukan Soviet, runtuhnya rezim komunis Afghanistan, dan gangguan berikutnya dalam tatanan sipil.

Kelompok ini dimulai sebagai kekuatan kecil pelajar dan cendekiawan agama Afghanistan yang berusaha untuk menghadapi kejahatan dan korupsi. Maka tak heran jika Taliban (dalam bahasa Pashtun atau Persia, lebn berarti "Siswa") merupakan nama untuk kelompok ini.

 Taliban muncul setelah Perang Afghanistan (1978–1992). Pemerintahan baru Afghanistan gagal membangun ketertiban sipil di luar Kabul, dan sebagian besar negara itu sering menjadi sasaran pemerasan dan penyerangan dari milisi dan panglima perang setempat.

Menghadapi pemindahan massal selama perang, banyak warga Afghanistan menemukan solidaritas dalam retorika agama perlawanan mujahidin dan kesempatan di sekolah-sekolah ilmu Islam (disebut madrasah) di Afghanistan selatan dan Pakistan utara.

Kemudian pada 1994, sekelompok mantan pejuang, terkait dengan sebuah madrasah di sebuah desa di provinsi Kandahar, berhasil menaklukkan seorang panglima perang setempat dan mulai mengamankan daerah terdekat.

Faksi tersebut mendapat dukungan rakyat dengan janji keamanan dan semangat religiusnya, dan berkembang dengan cepat menjadi gerakan yang sekarang dikenal sebagai Taliban. Menjelang akhir 1996, Taliban telah merebut ibu kota, Kabul, dan memperoleh kendali efektif atas sekitar dua pertiga negara. 

Kendati demikian, Taliban menghadapi perlawanan yang signifikan, terutama setelah menegaskan interpretasi hukum dan ketertibannya sendiri.  

Politik yang Dianut

Masih menurut Britannica, Taliban menggabungkan ideologi agama yang ketat sebagai campuran tradisionalisme Deobandi dan puritanisme Wahhabi dengan kode sosial Pashtun konservatif (Pashtunwali) untuk menciptakan rezim yang represif secara brutal.

Kebijakannya termasuk pengecualian hampir seluruh perempuan dari kehidupan publik (termasuk pekerjaan dan pendidikan), penghancuran sistematis peninggalan seni non-Islam (seperti yang terjadi di kota Bamiyan), dan penerapan hukuman pidana yang keras. Perlawanan terutama diucapkan di antara kelompok etnis non-Pashtun yaitu Tajik, Uzbekistan, dan Hazara di bagian utara, barat, dan tengah negara itu, yang melihat kekuatan Taliban yang didominasi Pashtun sebagai kelanjutan dari hegemoni Pashtun tradisional negara.

Selanjutnya: Pada 2001, Taliban menguasai...

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Pakistan Beri Waktu hingga 1 November pada Warga Afghanistan yang Tinggal Ilegal untuk Angkat Kaki

9 jam lalu

Sejumlah anak-anak pengungsi Afghanistan belajar di dalam kelas sederhana, sebelum dimulainya acara Hari Keadilan Sosial Dunia, di sebuah sekolah darurat, Islamabad, Pakistan (16/2).  Menurut situs PBB, kesempatan bertujuan untuk mendukung upaya
Pakistan Beri Waktu hingga 1 November pada Warga Afghanistan yang Tinggal Ilegal untuk Angkat Kaki

Per 1 November 2023, Pakistan akan meminta diperlihatkan paspor yang sah dan visa pada setiap warga Afghanistan yang ingin masuk ke negara itu


Oposisi Afghanistan Janjikan Perang Gerilya untuk Memaksa Taliban Gelar Pemilu

5 hari lalu

Ahmad Massoud, pemimpin Front Perlawanan Nasional Afghanistan (NRF) di pengasingan dan putra mantan komandan mujahidin anti-Soviet Ahmad Shah Massoud. REUTERS
Oposisi Afghanistan Janjikan Perang Gerilya untuk Memaksa Taliban Gelar Pemilu

Pemimpin anti-Taliban Afghanistan berjanji meningkatkan perang gerilya untuk membawa kelompok Islam garis keras itu ke meja perundingan.


Situs ICC Diretas, Sedang Selidiki Kejahatan Perang Rusia hingga Afghanistan

14 hari lalu

Markas Besar ICC, Mahkamah Pidana Internasional di Den Haag, Belanda .
Situs ICC Diretas, Sedang Selidiki Kejahatan Perang Rusia hingga Afghanistan

Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) pada Selasa mengalami serangan peretasan saat ini sedang melakukan 17 investigasi termasuk di Ukraina


Menlu Retno Marsudi Sebut Politik Jangan Halangi Solidaritas untuk Afghanistan

14 hari lalu

Menteri Luar Negeri RI Retno Marsudi menyampaikan pidato pada pembukaan Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN di Sekretariat ASEAN, Jakarta, Senin (4/9/2023). Media Center KTT ASEAN 2023/Aditya Pradana Putra/pras
Menlu Retno Marsudi Sebut Politik Jangan Halangi Solidaritas untuk Afghanistan

Menlu Retno Marsudi menyebut Indonesia akan berkontribusi dalam tiga hal: bantuan kemanusiaan, berbagi praktik baik, dan bantuan pendidikan.


Pakistan: Pasukan Taliban Bangun Struktur Ilegal di Perbatasan

23 hari lalu

Truk berisi perbekalan untuk berangkat ke Afghanistan terlihat terdampar di pos pemeriksaan Michni, setelah penyeberangan utama perbatasan Pakistan-Afghanistan ditutup setelah bentrokan, di Torkham, Pakistan, 7 September 2023. REUTERS/Fayaz Aziz/File Foto
Pakistan: Pasukan Taliban Bangun Struktur Ilegal di Perbatasan

Pakistan menuduh pemerintahan Taliban telah mencoba merambah wilayahnya dengan pembangunan 'struktur ilegal' di perbatasan.


Pasukan Keamanan Bentrok, Perlintasan Utama Pakistan-Afghanistan Ditutup

27 hari lalu

Pemandangan umum pos perbatasan di Torkham, Pakistan, 3 Desember 2019. REUTERS/Alasdair Pal
Pasukan Keamanan Bentrok, Perlintasan Utama Pakistan-Afghanistan Ditutup

Perlintasan perbatasan utama Pakistan dengan Afghanistan ditutup untuk hari kedua hingga mengganggu jalur transportasi barang antarkedua negara.


Taliban Minta Masyarakat Internasional Bersabar soal Pendidikan Perempuan di Afghanistan

29 hari lalu

Suasana ruang kelas di Universitas Avicenna setelah Afghanistan jatuh ke tangan Taliban di Kabul, Afghanistan, 6 September 2021. Terjadi perbedaan kondisi kelas universitas di bawah pemerintahan Taliban, yaitu dengan memberikan tirai sebagai sekat untuk memisahkan tempat duduk mahasiswa laki-laki dan perempuan. Social media handout/via REUTERS.
Taliban Minta Masyarakat Internasional Bersabar soal Pendidikan Perempuan di Afghanistan

Taliban mendesak agar masyarakat internasional bersabar terkait pendidikan untuk anak perempuan di Afghanistan


Nasib Pengungsi Afghanistan di AS, Terombang-ambing Keputusan Politik DPR

31 hari lalu

Seorang bayi diserahkan kepada pasukan Amerika di atas tembok pembatas bandara untuk dievakuasi, di Kabul, Afghanistan, pada 19 Agustus [File: Omar Haidari/via Reuters]
Nasib Pengungsi Afghanistan di AS, Terombang-ambing Keputusan Politik DPR

Pengungsi asal Afghanistan di Amerika Serikat berharap Kongres akan memberikan jalan yang lebih langsung menuju status permanen bagi mereka.


Taliban Larang Perempuan ke Taman Nasional: Jalan-jalan Tak Wajib

37 hari lalu

Suasana sebuah taman hiburan di Kabul, Afghanistan, 9 November 2022. Kementerian Moralitas Taliban mengatakan akan ada pembatasan bagi perempuan untuk mengakses taman umum. REUTERS/Ali Khara
Taliban Larang Perempuan ke Taman Nasional: Jalan-jalan Tak Wajib

Taliban melarang perempuan mengunjungi taman nasional dengan alasan penggunaan jilbab yang tidak benar.


Taliban Buat 100 Perempuan Afghanistan Gagal Kuliah di UEA, Gender Apartheid?

40 hari lalu

Mahasiswi Afghanistan berjalan di dekat Universitas Kabul di Kabul, Afghanistan, 21 Desember 2022. Taliban dikenal memperlakukan perempuan sebagai warga negara kelas dua, dan hampir tidak memiliki representasi di negara tersebut. REUTERS/Ali Khara
Taliban Buat 100 Perempuan Afghanistan Gagal Kuliah di UEA, Gender Apartheid?

Taliban kembali batasi hak perempuan Afghanistan. PBB sebelumnya sebut Taliban lakukan gender apartheid.