TEMPO.CO, Jakarta - Penunjukan jaksa khusus pada Jumat, 11 Agustus 2023, untuk menyelidiki Hunter Biden memastikan penyelidikan kriminal putra presiden akan membayangi kampanye pemilihan kembali ayahnya, Presiden Joe Biden.
Menurut tokoh senior Partai Demokrat, Jaksa Negara Bagian Delaware David Weiss, yang memegang peran baru sebagai jaksa khusus, mengumumkan pada Jumat dapat memaksa Biden untuk berurusan dengan berita-berita utama yang tidak menyenangkan serta mengalihkan perhatian dan kampanyenya di saat dia lebih suka berbicara tentang ekonomi atau produk undang-undang saat berkampanye untuk pemilihan presiden 2024.
"Ini akan memiliki dampak yang cukup besar pada pemilihan kembali. Mereka berisiko terus-menerus kehilangan pesan. Setiap kali seseorang menghadap dewan juri atau dipanggil, pers akan terus menanyakannya. Biden ingin berbicara tentang ekonomi, senjata, keamanan nasional dan dia akan kurang mampu," kata seorang senior Demokrat.
Demokrat juga khawatir penyelidikan jaksa khusus dapat meluas.
"Jaksa khusus selalu menemukan hal-hal yang tidak mereka harapkan. (Penyelidikan mantan Presiden Bill) Clinton dimulai sebagai penyelidikan atas kesepakatan real estat yang dia dan Hillary lakukan ketika dia menjadi gubernur dan berakhir dengan Monica Lewinsky," ujarnya.
Tim kampanye Biden tidak menanggapi permintaan komentar.
Hunter Biden pada Juli lalu mengaku tidak bersalah atas tuduhan gagal membayar lebih dari US$ 100 ribu atau Rp 1,52 miliar pajak terutang atas pendapatan lebih dari US$ 1,5 juta pada 2017 dan 2018. Dia tidak mengajukan pembelaan dalam kasus terpisah di mana dia dituduh memiliki senjata api secara tidak sah ketika menggunakan obat-obatan terlarang, yang merupakan kejahatan di AS.