TEMPO.CO, Jakarta - Partai politik calon presiden Ekuador yang terbunuh, Fernando Villavicencio, memilih calon wakil presidennya untuk menggantikan Villavicencio pada Sabtu, 12 Agustus 2023. Penunjukan itu dilakukan hanya seminggu sebelum pemilihan pada 20 Agustus 2023.
Partai Membangun, atau Construye dalam bahasa Spanyol, mengumumkan di media sosial bahwa mereka telah menunjuk Andrea Gonzalez untuk menggantikan Villavicencio, 59 tahun, yang terbunuh dalam pawai kampanye di Quito pada 9 Agustus lalu.
Pada Sabtu, janda mendiang calon presiden mengkritik penggantian itu sebagai melanggar hukum. Villavicencio, seorang mantan anggota parlemen dan jurnalis dengan rekam jejak mengungkap korupsi, ditembak mati pekan lalu setelah meninggalkan acara kampanye meski pemerintah menyediakan pengamanannya.
Polisi menuduh enam tersangka, yang seluruhnya warga negara Kolombia, terkait dengan kelompok kriminal. Mereka telah didakwa melakukan pembunuhan dan tetap ditahan setelah hakim pada Kamis lalu memerintahkan mereka tetap berada di balik jeruji besi saat penyelidikan kriminal berlanjut.
Veronica Sarauz, janda Villavicencio, mengatakan kepada wartawan pada hari Sabtu bahwa dia menganggap negara bertanggung jawab langsung atas pembunuhan suaminya.
"Pemerintah masih harus memberikan banyak jawaban atas semua yang terjadi," katanya, usai tiba di konferensi pers dengan pengawalan polisi bersenjata dan mengenakan rompi antipeluru dan helm.
Sarauz menggambarkan keputusan partai untuk menunjuk Gonzalez sebagai "sewenang-wenang" dan mengatakan itu melanggar undang-undang yang melarang calon wakil presiden untuk mundur.
Dewan pemilihan nasional masih harus menyetujui calon pengganti partai.
Gonzalez, seorang aktivis lingkungan yang sebelumnya tidak memegang jabatan publik, dipilih oleh Villavicencio untuk mencalonkan diri dalam pemilihan cepat yang diminta oleh Presiden Guillermo Lasso.
Sementara surat suara telah dicetak, menurut undang-undang, suara untuk Villvicencio akan secara otomatis dialihkan ke kandidat partai Membangun.
Negara Amerika Selatan berpenduduk sekitar 18 juta jiwa itu telah menyaksikan gelombang kekerasan yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir, termasuk peningkatan tajam dalam tingkat pembunuhan. Di luar keamanan, lapangan pekerjaan dan migrasi telah muncul sebagai isu kampanye utama.
REUTERS
Pilihan Editor: Irak Cabut Larangan Aplikasi Telegram