TEMPO.CO, NIAMEY - Niger menutup wilayah udaranya pada Minggu, 6 Agustus 2023, dengan alasan ancaman intervensi militer dari blok regional Afrika Barat. Para pemimpin kudeta menolak tenggat waktu untuk mengembalikan Presiden Niger Mohamed Bazoum yang digulingkan di negara itu.
Seorang perwakilan junta, dalam sebuah pernyataan di televisi nasional pada Minggu malam, 6 Agustus 2023, menyebut penutupan wilayah udara ini akan berlaku hingga pemberitahuan lebih lanjut. Dia mengatakan ada pengerahan pasukan di dua negara Afrika Tengah dalam persiapan intervensi, tetapi tidak memberikan rincian.
"Angkatan bersenjata Niger dan semua pasukan pertahanan dan keamanan kami, didukung oleh dukungan rakyat kami yang tak henti-hentinya, siap untuk mempertahankan keutuhan wilayah kami," kata perwakilan junta itu.
Pada Minggu, 6 Agustus 2023, ribuan pendukung junta berbondong-bondong ke stadion di Ibu Kota Niamey. Mereka mendukung keputusan untuk tidak menyerah pada tekanan eksternal untuk mundur setelah perebutan kekuasaan pada 26 Juli.
Kudeta, yang ketujuh di Afrika Barat dan Tengah dalam tiga tahun, telah mengguncang wilayah Sahel – salah satu yang termiskin di dunia. Mengingat kekayaan uranium dan minyaknya serta peran pentingnya dalam perang melawan militan, Niger memegang peranan penting bagi Amerika Serikat, Eropa, Cina, dan Rusia.
Kepala Pertahanan Masyarakat Ekonomi Negara-Negara Afrika Barat (ECOWAS) telah menyetujui kemungkinan rencana aksi militer, termasuk kapan dan di mana akan menyerang, jika presiden yang ditahan, Mohamed Bazoum, tidak dibebaskan dan dipulihkan sesuai batas waktu.
ECOWAS belum menyatakan sikap atau kapan tepatnya mereka akan mengambil langkah lanjutan. Tenggat berakhir Minggu. Seorang juru bicara sebelumnya mengatakan akan mengeluarkan pernyataan pada larut malam.
Niger pekan lalu mencabut perjanjian kerja sama militer dengan Prancis. Paris memiliki antara 1.000 dan 1.500 tentara di negara itu. Siaran televisi Minggu termasuk debat meja bundar untuk mendorong solidaritas dalam menghadapi sanksi ECOWAS, yang menyebabkan pemadaman listrik dan melonjaknya harga pangan.
Ancaman militer blok tersebut telah memicu kekhawatiran akan konflik lebih lanjut di wilayah yang telah memerangi pemberontakan mematikan yang telah menewaskan ribuan orang dan memaksa jutaan orang melarikan diri.
Intervensi militer apa pun dapat diperumit oleh janji dari junta di negara tetangga Mali dan Burkina Faso untuk membela Niger jika diperlukan. Perdana Menteri Bazoum, Ouhoumoudou Mahamadou, mengatakan pada Sabtu di Paris bahwa rezim yang digulingkan masih percaya kesepakatan menit terakhir mungkin terjadi.
Pada Minggu, Italia mengatakan telah mengurangi jumlah pasukannya di Niger untuk memberi ruang di pangkalan militernya bagi warga sipil Italia yang mungkin membutuhkan perlindungan jika keamanan memburuk.
REUTERS
Pilihan Editor: Junta Niger Tidak Akan Tunduk pada Sanksi dan Tekanan Internasional
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.