TEMPO.CO, Jakarta - Rusia dan Korea Utara sedang mesra-mesranya. Hal itu terlihat ketika Kim Jong Un memandu langsung Menteri Luar Negeri Sergei Shoigu, dan delegasi China menyaksikan pameran pertahanan di Pyongyang, Kamis, 27 Juli 2023.
Kedekatan itu, diduga karena kedua negara saat ini sama-sama berhadapan dengan Amerika Serikat.
Baca juga:
Seiring meningkatnya isolasi Rusia atas invasinya di Ukraina, nilai Rusia meningkat di Korea Utara. Di pihak Korea Utara, hubungan dengan Rusia tidak selalu sehangat seperti pada masa Uni Soviet, tetapi sekarang negara tersebut menuai manfaat yang jelas dari kebutuhan Moskow akan teman.
Berikut ini pasang-surut hubungan Korea Utara-Rusia:
Dukungan politik
Komunis Korea Utara dibentuk pada awal Perang Dingin dengan dukungan Uni Soviet. Korea Utara, yang didukung Soviet dan China, kemudian berperang melawan Korea Selatan dan sekutu AS dalam Perang Korea 1950-1953.
Korea Utara sangat bergantung pada bantuan Soviet selama beberapa dekade, dan ketika Uni Soviet runtuh pada 1990-an, hal itu menyebabkan kelaparan yang mematikan di Utara.
Para pemimpin Pyongyang cenderung mencoba menggunakan Beijing dan Moskow untuk menyeimbangkan satu sama lain. Pemimpin Korea Utara Kim Jong Un awalnya memiliki hubungan relatif dingin dengan Rusia dan China, yang keduanya bergabung dengan Amerika Serikat dalam menjatuhkan sanksi tegas terhadap Korea Utara atas uji coba nuklirnya.
Setelah uji coba nuklir terakhir pada 2017, Kim mengambil langkah untuk memperbaiki hubungan.
Dia bertemu Presiden Rusia Vladimir Putin pada 2019 untuk pertama kalinya dalam pertemuan puncak di kota Vladivostok, Rusia.
Pada bulan Oktober 2022, Kim mengirim ucapan selamat ulang tahun kepada Putin, memberi selamat kepadanya karena telah "menghancurkan tantangan dan ancaman Amerika Serikat".
Dalam sebuah pesan untuk Hari Nasional Rusia pada bulan Juni, Kim berjanji untuk "berpegangan tangan" dengan Putin dan meningkatkan kerja sama strategis.
Rusia telah bergabung dengan China dalam menentang sanksi baru terhadap Korea Utara, memblokir dorongan yang dipimpin AS dan secara terbuka memecah Dewan Keamanan PBB (DK PBB) untuk pertama kalinya sejak mulai menghukum Pyongyang pada 2006.
Perang di Ukraina
Korea Utara membalas dengan dukungan publik untuk Moskow setelah Rusia menginvasi Ukraina. Mereka adalah satu-satunya negara yang mengakui kemerdekaan wilayah Ukraina yang memisahkan diri dan diproklamirkan Rusia.
Amerika Serikat menuduh Korea Utara memasok Rusia senjata untuk upaya perang, termasuk sejumlah besar peluru artileri, serta pengiriman roket infanteri dan rudal ke pasukan militer swasta Rusia, Grup Wagner.
Baik Rusia maupun Korea Utara membantah tuduhan tersebut, tetapi minggu ini berjanji untuk memperdalam kerja sama pertahanan.
"'Operasi militer khusus' Moskow di Ukraina telah mengantarkan realitas geopolitik baru di mana Kremlin dan (Korea Utara) dapat menjadi semakin dekat, bahkan mungkin sampai membangkitkan kembali hubungan kuasi-aliansi yang telah ada selama Perang Dingin," kata Artyom Lukin, seorang profesor di Far Eastern Federal University di Vladivostok, menulis dalam sebuah laporan untuk 38 North.
Perlu dicatat Pyongyang telah mulai menggunakan frasa baru "kolaborasi taktis dan strategis" untuk menggambarkan hubungannya dengan Rusia, katanya.
Ikatan Ekonomi
Tahun lalu, Rusia dan Korea Utara memulai kembali perjalanan kereta api untuk pertama kalinya sejak dihentikan selama pandemi COVID dengan kargo yang luar biasa mewah - 30 kuda ras abu-abu.
Tak lama setelah itu Rusia juga melanjutkan ekspor minyak ke Korea Utara, data PBB menunjukkan, pengiriman pertama dilaporkan sejak 2020.
Sebagian besar perdagangan Korea Utara melewati China, tetapi Rusia juga berpotensi menjadi mitra penting, terutama untuk menyediakan minyak, kata para ahli.
Moskow membantah melanggar sanksi AS, tetapi kapal tanker Rusia telah dituduh membantu menghindari pembatasan ekspor minyak ke Korea Utara dan pemantau sanksi melaporkan buruh tetap berada di Rusia meskipun ada larangan.
Para pejabat Rusia secara terbuka membahas "pengaturan politik" untuk mempekerjakan 20.000 hingga 50.000 pekerja Korea Utara, meskipun resolusi Dewan Keamanan PBB melarang pengaturan semacam itu.
Para pejabat dan pemimpin Rusia di wilayah yang memisahkan diri di Ukraina juga telah membahas kemungkinan meminta pekerja Korea Utara membantu membangun kembali wilayah yang dilanda perang tersebut.
REUTERS
Pilihan Editor Pasukan Israel Tembak Mati Remaja Palestina di Tepi Barat