TEMPO.CO, JAKARTA--Kepala Staf Gabungan (JCS) Korea Selatan mengatakan bahwa Korea Utara menembakkan beberapa rudal jelajah ke arah Laut Kuning, laut diantara Cina dan Semenanjung Korea, pada Sabtu 22 Juli 2023.
Pihak intelijen Korsel dan Amerika Serikat sedang menganalisa peluncuran tersebut, yang dilakukan pada pukul 4.00 pagi waktu setempat, untuk mempelajari tipe rudal dan detail lainnya lebih lanjut, menurut JCS.
"Militer kami telah meningkatkan pengawasan dan kewaspadaan sambil bekerja sama erat dengan AS dan mempertahankan kesiapsiagaan," kata JCS.
Peluncuran rudal itu terjadi tiga hari setelah Korut menembakkan dua rudal balistik jarak pendek ke Laut Timur.
Tindakan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Semenanjung Korea menyusul kunjungan pelabuhan kapal selam AS berkemampuan nuklir selama lebih dari 40 tahun dan sesi perdana Kelompok Konsultatif Nuklir Korea Selatan-AS awal pekan ini.
USS Kentucky, kapal selam rudal balistik nuklir (SSBN) kelas Ohio seberat 18.750 ton, meninggalkan pangkalan angkatan laut Busan pada Jumat, tiga hari setelah kunjungan pelabuhan yang jarang terjadi sebagai unjuk kekuatan besar melawan ancaman militer Korea Utara yang semakin intens.
Pyongyang mengutuk kunjungan itu, mengatakan pengerahan SSBN dapat melanggar hukum karena penggunaan senjata nuklirnya.
Menteri pertahanan Korea Utara, Kang Sun-nam, mengeluarkan ancaman terselubung pada Kamis, yang menyatakan bahwa berlabuhnya Kentucky bisa menjadi alasan untuk serangan nuklir oleh Korea Utara. Pyongyang telah menggunakan retorika seperti itu sebelumnya, tetapi komentar tersebut menggarisbawahi betapa tegangnya hubungan sekarang.
Sebelumnya pada Maret, Korut mengatakan negaranya meluncurkan rudal jelajah strategis "dipasangi hulu ledak uji meniru hulu ledak nuklir."
Pada saat itu, media milik negara Korut mengatakan dua rudal jelajah strategis tipe "Hwasal-1" dan dua rudal jelajah strategis tipe "Hwasal-2" yang diluncurkan di Provinsi Hamgyong Selatan, secara akurat mengenai target yang dipasang di Laut Timur.
Insiden Sabtu juga terjadi ketika seorang tentara AS diyakini berada dalam tahanan Korea Utara setelah melepaskan diri dari rombongan tur yang mengunjungi Zona Demiliterisasi.
AS telah mengatakan "sangat prihatin" tentang bagaimana Prajurit Kelas Dua Travis King akan diperlakukan, dan hingga Kamis, Pyongyang belum menanggapi pertanyaan tentang tentara tersebut.
King dijadwalkan kembali ke AS untuk menghadapi disiplin militer setelah menjalani hukuman penjara di Korea Selatan karena penyerangan.
Pilihan Editor: Korea Utara: Kedatangan Kapal Selam AS Penuhi Kriteria Penggunaan Senjata Nuklir
REUTERS | YONHAP