TEMPO.CO, Jakarta - Ketika tentara AS Travis King berlari melintasi perbatasan ke Korea Utara dari Selatan minggu ini, dia menghilang ke Korea Utara di mana kekhawatiran dan pembatasan Covid-19 yang berkepanjangan telah membuat negara yang sudah tertutup itu lebih terisolasi dari sebelumnya.
Selama pandemi Korea Utara menghentikan semua perjalanan internasional dan sebagian besar perdagangan, membangun tembok perbatasan yang panjang, dan bahkan menembak beberapa calon pelintas batas yang tidak sah di awal wabah.
Perdagangannya perlahan-lahan dimulai dan mandat penggunaan masker tampaknya telah dicabut, tetapi para analis mengatakan Pyongyang masih sangat gugup tentang penyeberangan perbatasan, resmi atau tidak.
King berlari melintasi perbatasan, Selasa, saat melakukan tur sipil di Zona Demiliterisasi antara kedua Korea, dan pejabat AS mengatakan mereka belum memastikan nasibnya.
"Orang Korea Utara tidak ingin berinteraksi dengan dunia luar," kata Andrei Lankov, direktur Korea Risk Group yang berbasis di Seoul, mencatat satu-satunya kasus orang asing yang diizinkan masuk ke negara itu dalam tiga tahun terakhir adalah duta besar China yang baru dan diplomat lainnya pada Maret, setelah negosiasi yang panjang.
Motif King masih belum jelas, meskipun para pejabat AS mengatakan dia menghadapi tindakan disipliner militer dan tampaknya sengaja melintasi perbatasan.
Sekarang, bahkan jika dia ingin kembali ke Amerika Serikat, itu bisa memakan waktu bertahun-tahun, kata Lankov.
"Saya berharap tentara ini bisa tinggal di Korea Utara setidaknya sampai akhir periode pembatasan Covid yang mungkin dua atau tiga atau empat tahun lagi," katanya.
Kolonel Isaac Taylor, juru bicara Komando Perserikatan Bangsa-Bangsa pimpinan AS yang berada di luar DMZ di sisi Korea Selatan, mengatakan bahwa komando tersebut telah melakukan kontak dengan Korea Utara melalui hotline yang sudah ada.
"Kami telah berkomunikasi dengan mereka dan kami tahu bahwa mereka telah menerima pesan kami," katanya, tetapi menolak untuk menjelaskan tanggapan apa pun.
Pejabat di Washington mengatakan Korea Utara belum memberikan tanggapan apa pun melalui sejumlah saluran, termasuk di PBB.