TEMPO.CO, Jakarta - Tentara AS, Travis T. King telah selesai menjalani hukuman dalam penahanan di Korea Selatan dan diantar ke bandara untuk terbang pulang dan kemungkinan akan menghadapi tindakan disipliner. Tapi dia tidak pernah sampai ke pesawatnya.
Sebaliknya, dia melewati keamanan sendirian ke gerbang keberangkatannya dan kemudian melarikan diri, kata seorang pejabat. The Korea Times, mengutip seorang pejabat bandara, melaporkan bahwa King mengatakan kepada pekerja maskapai bahwa dia tidak dapat naik pesawat karena paspornya hilang.
Dari sana, King, 23, entah bagaimana bergabung dengan tur sipil di zona demiliterisasi (DMZ) yang dijaga ketat yang memisahkan Korea Selatan dan Utara, di mana ia melesat melintasi perbatasan, Selasa, ketika penjaga Amerika dan Korea Selatan berteriak, "Tangkap dia!" - tetapi tidak berhasil.
Maka dimulailah pengembaraan aneh yang telah menciptakan masalah baru bagi Washington dalam berurusan dengan negara bersenjata nuklir itu.
Meskipun berhenti melabeli King sebagai pembelot, militer AS berjuang keras pada hari Rabu untuk menentukan nasibnya, serta motifnya, setelah apa yang dikatakan para pejabat sebagai penyeberangan perbatasan yang disengaja dan tidak sah yang mendaratkan tentara Amerika yang bertugas aktif di tangan Korea Utara.
Sementara masih banyak yang belum diketahui, penyelidikan oleh pihak berwenang dari Seoul hingga Washington dan keterangan saksi perlahan-lahan mulai menyatukan foto King dan apa yang terjadi.
King, yang bergabung dengan Angkatan Darat A.S. pada Januari 2021, pernah bertugas sebagai Pengintai Kavaleri di Pasukan Rotasi Korea, bagian dari komitmen keamanan AS untuk Korea Selatan selama puluhan tahun. Penghargaannya termasuk National Defense Service Medal, Korean Defense Service Medal dan Overseas Service Ribbon.