TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah email yang diduga dari pasukan keamanan Departemen Keamanan Publik Texas telah memicu kemarahan di Amerika Serikat. Email ini mengungkap kekerasan berlebihan di perbatasan dengan Meksiko yang membahayakan imigran.
Desakan agar Gubernur Texas menghentikan langkah agresif pun bermunculan.
Pesan tersebut dilaporkan ditulis oleh paramedis dan polisi bernama Nicholas Wingate. Inti suratnya menyoroti kekhawatiran yang muncul selama Operasi Lone Star – program Texas untuk memerangi imigran dan penyelundupan manusia yang tidak berdokumen melintasi perbatasan AS-Meksiko.
The Houston Chronicle pertama kali melaporkan surat itu, tertanggal 3 Juli dan ditujukan kepada Sersan Colin Kolupski. Isi email tersebut memperbarui pengawasan terhadap kebijakan perbatasan di tingkat negara bagian dan nasional, karena isu imigran terus menjadi masalah yang menentukan dalam politik AS.
Wingate dalam suratnya menjelaskan bahwa dia telah diperintahkan untuk "mendorong" kembali para imigran yang berisiko tenggelam di Sungai Rio Grande. Ia juga menyaksikan luka parah bagi mereka yang mencoba menyeberang.
“Kita perlu menyadari bahwa ini adalah orang-orang yang diciptakan Tuhan dan tidak boleh diperlakukan seperti itu,” tulis Wingate dalam pesan elektronik itu, dilansir Al Jazeera pada Rabu 19 Juli 2023.
Dalam pengarahan hariannya, Sekretaris Pers Gedung Putih Karine Jean-Pierre membahas laporan berita yang dimuat pada Selasa tentang email tersebut. Menurutnya isinya benar-benar meresahkan.
“Kami melihat laporan itu. Jelas, jika mereka benar, itu menjijikkan. Itu tercela. Itu berbahaya. Dan kita berbicara tentang nilai-nilai dasar dari siapa kita sebagai sebuah negara, ”katanya.
Pernyataan Jean-Pierre membidik Gubernur Texas Greg Abbott, politikus dari Partai Republik yang pemerintahannya meluncurkan Operasi Lone Star. Abbott juga telah menjadi pengkritik vokal kebijakan imigrasi Presiden Joe Biden.
“Sayangnya, saya akan mengatakan, tidak mengherankan jika seorang gubernur yang – jangan lupa – pada Malam Natal menempatkan anak-anak migran di jalanan pada suhu di bawah nol derajat,” kata Jean-Pierre, merujuk pada insiden pada 2022.
Ketika itu sebuah bus dari Texas menempatkan para imigran dan pencari suaka di luar rumah Wakil Presiden Kamala Harris di Washington, DC.
Dalam beberapa bulan terakhir, pasukan Garda Nasional Texas telah memasang kawat berduri untuk menghalangi para migran menyeberangi Rio Grande dari Meksiko ke Texas.
Pekan lalu, otoritas Texas mulai memasang penghalang terapung di tengah sungai dekat Eagle Pass, Texas, yang memicu keluhan diplomatik dari Meksiko.
Sementara itu, Abbott dan para pejabat Texas menanggapi pengungkapan email tersebut dan membela strateginya. "Tidak ada perintah atau arahan yang diberikan di bawah Operasi Lone Star yang akan membahayakan nyawa mereka yang mencoba melintasi perbatasan secara ilegal," kata pernyataan bersama dari kantor gubernur.
Jumlah migran yang tertangkap melintasi perbatasan AS-Meksiko secara ilegal telah menurun sejak Biden menerapkan kebijakan suaka baru yang ketat pada Mei. Meski begitu, sekitar 100.000 orang telah ditangkap pada Juni.
Seorang juru bicara Departemen Luar Negeri, seperti dikutip Reuters, mengatakan Texas belum berkonsultasi dengan pejabat federal sebelum memasang pelampung atau penghalang.
Anggota parlemen, yang dipimpin oleh Perwakilan Joaquin Castro, meminta Presiden Demokrat Joe Biden untuk menggunakan otoritas federal untuk menghentikan upaya keamanan perbatasan Gubernur Abbott jika ia menolak untuk menghentikan inisiatif.
Castro mengatakan Departemen Kehakiman harus menyelesaikan penyelidikan yang sedang berlangsung atas kemungkinan pelanggaran hak-hak sipil di bawah operasi Texas. Ia juga mendesak pemerintah segera mengeluarkan perintah gencatan dan penghentian. Menurutnya kebijakan Abbott "brutal" dan "tidak manusiawi."
Pilihan Editor: Jumlah Imigran yang Melintas di Perbatasan AS-Meksiko Menurun Sejak Title 42 Berakhir
REUTERS | AL JAZEERA