TEMPO.CO, Jakarta - UN Independent International Commission of Inquiry on Syria mempublikasi laporan terbaru yang diberi judul ‘No End in Sight: Torture and ill-treatment in the Syrian Arab Republic 2020-2023’. Laporan itu menyebutkan kalau penyiksaan dan perlakuan buruk yang sistemik masih berlangsung, bahkan meluas di sejumlah tempat penahanan di Suriah.
Selain penyiksaan dan perlakuan buruk, disebutkan juga kalau masih terjadi penghilangan paksa di fasilitas-fasilitas penahanan di Suriah sekitar 1 Januari 2020 dan 30 April 2023. Laporan UN Independent International Commission of Inquiry on Syria dipublikasi dalam sesi kelima rapat Dewan HAM PBB di Jenewa, Swiss.
Laporan UN Independent International Commission of Inquiry on Syria berdasarkan wawancara pada 254 narasumber yang dilakukan anggota dalam komisi tersebut. Wawancara dilakukan pada 2020 dan April 2023.
Penyiksaan dan perlakuan buruk masih menjadi permasalahan serius di sejumlah wilayah di Suriah yang tidak dikuasai kelompok-kelompok bersenjata Suriah. Perang Suriah berkecamuk pada 15 Maret 2011 setelah gelombang Arab Spring menyebar di wilayah jajirah Arab. Perang Suriah bermula dari unjuk rasa buntut ketidakpuasan terhadap Pemerintahan Presiden Bashar al-Assad.
Ratusan ribu orang tewas dalam perang Suriah. Ada sejumlah negara asing yang memecah negara tersebut menjadi dua.
Pada Maret 2023, Presiden al-Assad mengatakan hanya akan bertemu Presiden Turki Tayyip Erdogan saat Turki siap menarik pasukannya sepenuhnya dari Suriah utara dan mengembalikan situasi seperti sebelum perang Suriah. Turki menjadi sekutu militer dan politik terbesar oposisi Suriah, yang menguasai benteng pemberontak terakhir di Suriah barat laut.
Ankara telah mendirikan puluhan pangkalan dan mengerahkan ribuan tentara di Suriah utara, mencegah tentara Suriah yang didukung Rusia untuk merebut kembali wilayah tersebut. Dalam masa-masa terendah hubungan antara Ankara dan Damaskus, Erdogan menyebut Assad seorang teroris dan mengatakan tidak akan ada damai di Suriah selama ia menjabat, sementara Assad menyebut Erdogan seorang pencuri karena “mencuri” tanah Suriah.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: Antony Blinken: Rusia Enggan Berunding soal Ukraina