TEMPO.CO, Jakarta - Hungaria pada Kamis, 13 Juli 2023, mendenda salah satu penjual buku terbesar di negara itu karena menjual komik web dan novel grafis Inggris tanpa pembungkus tertutup, dengan mengatakan hal ini melanggar undang-undang tahun 2021 yang melarang penyebaran konten di antara anak di bawah umur yang menggambarkan homoseksualitas.
Pemerintah Perdana Menteri Viktor Orban mempromosikan agenda konservatif Kristen yang kuat dan mengesahkan undang-undang pada 2021 yang melarang "menampilkan dan mempromosikan homoseksualitas" di antara mereka yang berusia di bawah 18 tahun meskipun mendapat kritik dari kelompok hak asasi manusia dan Uni Eropa.
Undang-undang yang menurut pemerintah bertujuan untuk melindungi anak-anak itu menimbulkan keresahan di kalangan komunitas LGBT.
Sebuah kantor pemerintah Budapest mengenakan denda 12 juta forint (sekitar Rp 537 juta) pada toko buku Lira Kereskedelmi Kft, dengan mengatakan toko tersebut menjual "Heartstopper" oleh penulis Inggris Alice Oseman, di antara buku-buku lain untuk anak di bawah umur, dan tidak membungkusnya dengan kertas plastik seperti yang dipersyaratkan oleh hukum.
"Penyelidikan menyatakan bahwa buku-buku tersebut menggambarkan homoseksualitas dan meskipun demikian, mereka ditempatkan di antara literatur yang ditujukan untuk anak di bawah umur," kata kantor pemerintah dalam sebuah pernyataan di kantor berita negara MTI.
"Heartstopper" juga telah diadaptasi sebagai serial televisi drama komedi romantis Inggris di Netflix.
Ini bukan pertama kalinya sebuah kantor pemerintah Hungaria mengenakan denda pada sebuah toko buku atas pelanggaran hukum yang telah dikutuk keras oleh Uni Eropa. Denda baru datang hanya beberapa hari sebelum pawai Pride di Budapest pada Sabtu.
Komisi Eropa merujuk Hungaria ke Pengadilan Uni Eropa atas undang-undang anti-LGBT pada pertengahan 2022.
Selama 13 tahun terakhir, Orban telah mengimbau orang Hungaria konservatif yang percaya bahwa negara mereka sedang berjuang untuk melindungi identitas Kristennya dari imigran Muslim dan apa yang disebutnya "ideologi gender dan LGBT".
REUTERS
Pilihan Editor: Kisah Anna Kwok, Aktivis Demokrasi Hong Kong yang Jadi Buron dengan Hadiah Rp1,9 M