TEMPO.CO, Jakarta - Kandidat terkuat perdana menteri Thailand Pita Limjaroenrat, Selasa, 27 Juni 2023, mengatakan bahwa dia memiliki cukup dukungan di majelis tinggi untuk menjadi perdana menteri negara berikutnya, hanya beberapa hari menjelang sesi pertama parlemen yang baru.
Pita, pemimpin Partai Move Forward yang progresif, menghadapi jalan yang tidak pasti untuk menjadi perdana menteri meskipun mencetak kemenangan yang menakjubkan dalam pemilu Mei yang membuat warga Thailand menolak hampir sembilan tahun pemerintahan yang didukung militer.
Aliansi delapan partainya memiliki 312 kursi di parlemen. Berdasarkan konstitusi, untuk menjadi perdana menteri, Pita membutuhkan setidaknya 376 suara dalam sidang gabungan parlemen bikameral, termasuk majelis tinggi beranggotakan 250 orang, yang sebagian besar dipilih oleh militer ketika mengambil alih kekuasaan pada 2014.
Ketika Selasa ditanya berapa banyak dukungan Senat yang dia peroleh, Pita berkata: "cukup bagi saya untuk menjadi perdana menteri".
Keraguan tetap ada apakah Pita memiliki cukup dukungan karena proposal kontroversial partainya untuk mengubah undang-undang penghinaan kerajaan yang ketat atau lese majeste Thailand. Move Forward mengatakan undang-undang, yang menetapkan hukuman penjara hingga 15 tahun untuk dugaan pelanggaran terhadap monarki, digunakan sebagai alat politik untuk melawan lawan pemerintah saat ini.
Sikap tersebut telah memusuhi kerajaan Thailand dan elite kaya lama, termasuk Senat yang berhaluan konservatif.
Partai sedang dalam proses menjelaskan posisinya kepada para senator menjelang pemungutan suara parlemen Juli, kata Pita.
“Mengubah undang-undang yang sesuai dengan konteks masyarakat bukanlah hal yang menghentikan pembentukan pemerintahan,” ujarnya.
Setelah bersidang pada 3 Juli, parlemen diperkirakan akan memilih perdana menteri pada 13 Juli.
REUTERS
Pilihan Editor: RSF Rebut Kantor Polisi di Khartoum, Pertempuran di Sudan Semakin Meluas