TEMPO.CO, Jakarta - Israel akan segera menerbitkan aturan yang meminta gedung-gedung non-tempat tinggal agar memasang solar panel di bagian atap agar bisa ikut membantu Negeri Bintang Daud tersebut mencapai target terwujudnya energi terbarukan dan menenuhi permintaan listrik ditengah pesatnya pertumbuhan populasi.
Kendati Israel mendapatkan cukup banyak curahan sinar matahari, namun negara itu masih terlalu kecil untuk bergantung pada pembangkit tenaga listrik photovoltalic yang masih tradisional. Pembangkit listrik ini, juga tidak cocok untuk energi listrik tenaga angin. Israel juga menghadapi kurangnya air untuk menggerakkan hydropower.
Ron Eifer, Kepala bidang energi berkesinambungan dari Kementerian Energi Israel, mengatakan Israel adalah negara maju yang masih ketinggalan dalam hal menjadikan matahari sebagai sumber energi terbarukan. Israel juga negara yang kekurangan lahan untuk menempatkan solar panel.
Israel menargetkan bisa mengalirkan listrik dari energi terbarukan sebanyak 30 persen per 2030. Namun target tersebut molor.
“Kami harus mengambil langkah yang dramatis,” kata Eifer.
Ketika anggaran pengeluaran negara lolos pada bulan lalu, Pemerintah Israel memerintahkan adanya aturan yang berlaku dalam tempo 180 hari untuk meminta gedung-gedung non-residensi – memasang solar panel di atap. Sedangkan untuk gedung-gedung tempat tinggal, bagian atapnya harus dilengkapi dengan peralatan yang memudahkan pemasangan solar panel di kemudian hari.
Israel pernah sukses 10 tahun silam dengan inisiatif serupa, di mana ketika itu Israel meminta warga agar menggunakan pemanas air dari tenaga matahari. Saat ini, pemanas-pemanas air bertenaga surya itu sudah banyak terpasang di atap-atap rumah warga. Tanpa itu, Israel perlu menghasilkan delapan persen lagi energi listrik.
Sumber: middleeastmonitor.com
Pilihan Editor: Longsor dan Banjir di Cianjur Sebabkan 5 Rumah Tertimbun, Jalan Utama Terendam Air
Ikuti berita terkini dari Tempo.co di Google News, klik di sini.
