TEMPO.CO, Jakarta - Sedikitnya 41 wanita tewas terbunuh – beberapa dari mereka dibakar sampai mati – setelah pecahnya kekerasan antar geng di sebuah penjara di Honduras.
“Pihak berwenang menemukan lusinan mayat setelah kekerasan pada Selasa di penjara di Tamara, sekitar 50 kilometer barat laut ibu kota Honduras, Tegucigalpa,” kata Yuri Mora, juru bicara badan investigasi kepolisian nasional.
Mora mengatakan jumlah korban tewas dapat meningkat karena tim penyelamat terus bekerja untuk mengevakuasi para tahanan. Penjara ini menahan sekitar 900 tahanan perempuan.
Setidaknya 26 wanita dibakar hidup-hidup hingga tewas, sementara lainnya ditembak mati. Adapun tujuh narapidana wanita dirawat di rumah sakit Tegucigalpa karena luka tembak dan pisau, kata sipir.
Klip video yang diperlihatkan pemerintah dari dalam penjara menunjukkan beberapa pistol dan tumpukan parang dan senjata tajam lainnya yang ditemukan setelah kerusuhan.
Presiden Honduras Xiomara Castro mengatakan dia terkejut dengan apa yang dia gambarkan sebagai "pembunuhan mengerikan" terhadap para wanita, yang dia tuduh dilakukan oleh geng jalanan. “Solidaritas dengan keluarga korban,” tulisnya dalam tweet, menambahkan bahwa dia akan menanggapi dengan “tindakan drastis”.
Delma Ordonez, presiden asosiasi keluarga tahanan, mengatakan kepada Reuters bahwa perkelahian telah terjadi di penjara antara anggota geng saingan Barrio 18 dan Mara Salvatrucha (MS-13).
Kerabat narapidana berkumpul di luar penjara, mencari tahu tentang orang yang mereka cintai.
“Saya mencari informasi tentang apa yang terjadi pada putri saya, tetapi mereka masih belum memberi tahu kami,” kata seorang wanita yang mengidentifikasi dirinya sebagai Ligia Rodríguez dalam sebuah wawancara televisi.
Wakil Menteri Keamanan negara itu, Julissa Villanueva, telah mengumumkan keadaan darurat dan berjanji akan menindak kekerasan.
Villanueva mengatakan kerusuhan dimulai karena upaya baru-baru ini oleh pihak berwenang untuk menindak aktivitas terlarang di dalam penjara. Ia menyebut kekerasan pada Selasa sebagai hasil dari "tindakan yang kami ambil terhadap kejahatan terorganisir".
“Kami tidak akan mundur,” kata Villanueva dalam pidato yang disiarkan televisi setelah kerusuhan.
Geng sering memegang kendali luas di dalam penjara negara, di mana narapidana sering menetapkan aturan mereka sendiri dan menjual barang terlarang.
Kerusuhan itu tampaknya menjadi tragedi terburuk di pusat penahanan wanita di wilayah tersebut sejak 2017, ketika remaja putri di tempat penampungan pemuda bermasalah di Guatemala membakar kasur untuk memprotes pemerkosaan dan penganiayaan lainnya di institusi yang sangat padat itu. Asap dan api berikutnya menewaskan 41 gadis.
Bencana penjara terparah dalam satu abad juga terjadi di Honduras, pada 2012 di penjara Comayagua. Sebanyak 361 narapidana tewas dalam kebakaran. Sebagian besar korban tidak pernah dituntut atau dihukum karena kejahatan.
Pilihan Editor: 41 Narapidana Tewas dalam Kerusuhan di Penjara Wanita Honduras
REUTERS | ABC NEWS