TEMPO.CO, Jakarta - Angkatan bersenjata Jerman hanya memiliki sekitar 20.000 peluru artileri berat yang tersisa, karena sebagian besar cadangan mereka dikirimkan ke Ukraina, demikian dilaporkan majalah Der Spiegel mengutip makalah rahasia kementerian pertahanan yang disiapkan untuk meyakinkan komite anggaran tentang perlunya pembelian mendesak.
Negara-negara seperti Jerman bergegas mengirim pasokan peluru artileri 155m yang digunakan oleh howitzer ke Ukraina setelah invasi Rusia pada Februari 2022. Mereka kehabisan stok untuk pertahanan sendiri.
Militer Jerman perlu membangun inventaris sekitar 230.000 peluru pada tahun 2031 memenuhi tujuan NATO agar memiliki cukup artileri untuk menahan pertempuran intensif selama 30 hari, tulis Der Spiegel, Senin, 19 Juni 2023.
Kementerian Pertahanan Jerman belum mengeluarkan tanggapan atas kabar itu.
Kementerian dikabarkan minta persetujuan komite anggaran atas sembilan kontrak untuk percepatan pembelian artileri dan amunisi tank dalam beberapa bulan mendatang, tulis Der Spiegel.
Menurut Kantor Informasi dan Pers Pemerintah Jerman, bantuan ke Ukraina untuk peningkatan kapasitas keamanan berjumlah 5,4 miliar Euro atau Rp88,4 triliun untuk tahun 2023, setelah pada 2022 mengirimkan bantuan senilai 2 miliar Euro.
Pada tahun-tahun mendatang, Jerman sudah menganggarkan bantuan senilai 10,5 miliar Euro. Dana ini akan digunakan terutama untuk bantuan militer ke Ukraina dan mengisi kembali stok Angkatan Bersenjata Federal menggantikan barang-barang yang dikirim ke Ukraina serta untuk kontribusi Jerman ke Fasilitas Perdamaian Eropa (EPF).
REUTERS | BUNDESREGIERUNG
Pilihan Editor Rusia Tuduh AS Targetkan Pasukannya dengan Drone Pembawa Nyamuk Malaria