TEMPO.CO, Jakarta - Rusia menuduh Amerika Serikat bersiap untuk menargetkan pasukannya di Ukraina dengan drone yang membawa nyamuk pembawa malaria.
Seperti dilansir Daily Mail pada Senin, Igor Kirillov, kepala Pasukan Perlindungan Radiasi, Kimia, dan Biologis Rusia, mengatakan dalam sebuah video bahwa Amerika berencana menggunakan drone untuk menginfeksi pasukannya dengan malaria.
Baca Juga:
Jenderal senior Kremlin itu mengklaim tujuannya adalah untuk menyebabkan penyakit atau kematian akibat malaria.
"Banjir wilayah Kherson yang direncanakan oleh rezim Kyiv dapat memperumit situasi, termasuk yang berkaitan dengan infeksi arbovirus," kata Kirillov, merujuk pada penghancuran Bendungan Nova Kakhovka - yang diyakini secara luas disebabkan oleh Rusia.
“Setelah penurunan permukaan air, adalah mungkin untuk membentuk fokus penyakit yang ditularkan oleh nyamuk, terutama demam West Nile,” katanya. “Tingkat teknis yang tinggi dari kesiapan AS untuk menggunakan vektor yang terinfeksi dibuktikan dengan paten untuk drone yang dirancang untuk menyebarkan nyamuk yang terinfeksi di udara.”
Dia tidak memberikan perincian lebih lanjut tentang dugaan paten, tetapi mengatakan: “Sesuai dengan deskripsi, pesawat tak berawak harus mengirimkan wadah berisi serangga ke area tertentu dan melepaskannya. Ketika digigit, nyamuk dapat menginfeksi personel militer dengan infeksi berbahaya, seperti malaria.”
Kadang-kadang ketika Rusia telah membuat klaim aneh sebelumnya tentang Ukraina atau Barat, itu adalah tanda bahwa Moskow berniat melakukan hal yang persis sama.
Klaim Kirillov datang ketika salah satu kepala mata-mata Rusia mengatakan bahwa dia berharap pengawas nuklir PBB dan Uni Eropa akan menyelidiki aktivitas nuklir Ukraina yang menurutnya mungkin menandakan Kyiv sedang mengerjakan "bom kotor".
Sergei Naryshkin, kepala dinas intelijen asing SVR Rusia, tidak memberikan bukti dokumenter untuk mendukung pernyataannya.
Pilihan Editor: Kepala Intelijen Rusia: Ukraina Lakukan Aktivitas Nuklir Mencurigakan
DAILY MAIL